Internasional

Protes Mahasiswa Muslim Australia Akibat Penutupan Fasilitas Shalat Jum'at

Protes Mahasiswa Muslim Australia Akibat Penutupan Fasilitas Shalat Jum'at
Universitas Teknologi Swinburne, Victoria, Australia. (Gambar : Meridean Overseas)

 

RUANGTENGAH.co.id, Victoria - Mohammed Bouras, seorang mahasiswa Muslim, merasa keberadaannya di Universitas Teknologi Swinburne, Victoria, Australia, semakin terancam akibat konflik dengan pihak universitas mengenai akses ruang ibadah. 

 

Pusat Multiagama Universitas yang selama ini menjadi tempatnya menjalin persahabatan kini dikunci, memicu kekhawatiran di kalangan anggota Masyarakat Islam Swinburne (SWINIS).

 

Selama dua Jumat berturut-turut, Bouras dan anggota SWINIS dilarang memasuki ruang ibadah tersebut untuk Shalat Jumat.

 

Bouras menyatakan bahwa upaya universitas memasang alarm dan akses kartu keamanan di ruang ibadah dirasanya berlebihan, apalagi tanpa konsultasi terlebih dahulu mengenai penunjukkan imam Jum’at.

 

Universitas Swinburne menanggapi hal itu dengan menuduh bahwa sejumlah anggota SWINIS melanggar aturan fasilitas tersebut, termasuk membawa masyarakat umum ke dalam ruang yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dan staf universitas. 

 

Akibatnya, universitas menutup fasilitas itu hingga ada kesepakatan antara SWINIS dan pihak kampus untuk mematuhi pedoman yang berlaku.

 

Bouras, yang juga koordinator shalat Jum’at di SWINIS, melakukan protes dengan menekankan pentingnya shalat Jum’at bagi umat Muslim. 

 

“Jika tidak diizinkan kembali ke ruang ibadah, kami tetap akan melaksanakan shalat. Hak kami untuk beribadah tidak bisa diabaikan,” ungkapnya. 

 

Presiden SWINIS, Tabish Rather, juga menyatakan bahwa sistem alarm yang dipasang universitas cenderung memperkuat stereotip negatif, bukan mempermudah aktivitas ibadah mereka.

 

Seorang juru bicara universitas menyebut penutupan ini disebabkan pelanggaran berulang oleh SWINIS. Pihak Universitas mencatat bahwa SWINIS sering membuka akses ruang tersebut bagi masyarakat umum. 

 

Puncaknya pada insiden di mana seorang imam yang ditugaskan pihak kampus mencoba mengambil mikrofon dari mahasiswa yang tengah memimpin shalat Jum’at.

 

Ketegangan ini menggambarkan isu lebih luas di komunitas sekitar Swinburne, yang menurut Sheikh Sarakibi Moustapha, berakar dari kurangnya fasilitas ibadah Muslim, seperti masjid. 

 

Sheikh Moustapha menyarankan bahwa penyelesaian masalah ini membutuhkan tempat ibadah independen yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Muslim di wilayah tersebut.

 

Permasalahan antara SWINIS dan Universitas Swinburne ini tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dengan kedua pihak terus berupaya mencari titik temu yang adil dan menghormati hak beribadah. [RUTE/IQNA]

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.