Nasional

Saung Angklung Udjo Terancam Tutup Bulan Ini

Saung Angklung Udjo Terancam Tutup Bulan Ini

RUANGTENGAH.co.id, Bandung - Taufik Hidayat Udjo selaku Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo (SAU) membenarkan kabar yang beredar bahwa objek wisata berbasis budaya di kota Bandung itu terancam tutup.

“Bukan sebulan lagi, malah bulan ini (terancam tutup),” ungkapnya kepada CNN Indonesia, Kamis (21/1).

“Saya bahkan sudah bilang ke pegawai 'kalau bulan ini enggak ada gaji gimana?' Mereka diam saja enggak menjawab tetapi meski begitu mereka tetap kerja juga," sambungnya.

Taufik menjelaskan bahwa munculnya rencana penutupan SAU ini berawal dari pandemi Covid 19 yang berimbas pada penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berjilid-jilid khususnya di kota Bandung. Hal itu membuat angka kunjungan wisatawan menurun tajam.

"Sebenarnya peristiwa ini dari 15 Maret, kami sudah tutup total sampai dengan 14 hari. Kami berasumsi 'okelah sebentar (dua minggu)', sehingga memang kami tutup total," ujar Taufik.

Ternyata, pandemi tak kunjung mengindikasikan penurunan, justru sebaliknya. Ketika PSBB terus diperpanjang, wisatawan semakin sepi, sedangkan SAU harus tetap menggaji karyawannya yang berjumlah hampir 1.000 orang.

"Awalnya menggaji dengan biasa (normal), dikurangin dan sampai dengan detik sekarang kami tidak bisa berbuat apa-apa. [Kami] kaitannya dengan kegiatan offline (tatap muka)," tutur Taufik.

Taufik menyadari betul bahwa pandemi global ini tak bisa dihindari dan peraturan pemerintah harus dipatuhi. Namun, ia memikirkan nasib 1.000 karyawannya yang sebagian besarnya kini sudah dirumahkan.

SAU yang sarat prestasi nasional dan internasional ini memiliki nyaris seribu karyawan. Terdiri dari 400 pemain musik, 200 pekerja di bagian produksi, dan sisanya para pengrajin. Taufik menyebut ada lebih dari 600 orang yang bekerja langsung di SAU setiap harinya. Bila ditambah dengan supplier dan pekerja acara, jumlah melonjak menjadi sekitar 1.000.

"Yang masih kami pertahankan ya paling pemelihara tempat, penyambut tamu, dan mereka yang masih beraktivitas di studio. Sekitar 20 persen lah yang masih bertahan," ungkap Taufik.

[caption id="attachment_1064" align="aligncenter" width="300"] Juara dunia MotoGP Marc Marquez saat berkunjung ke Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. (foto : era.id)[/caption]

Taufik menyebut biasanya tamu yang datang bisa mencapai 2.000 orang per hari. Kini, dengan kondisi pandemi, mencapai 20 orang tamu saja diakui sulit. Ketika mereka hanya membuka saat akhir pekan, tamu pun tak jua datang.

Pengunjung yang datang ke Saung Angklung Udjo lebih dari 90 persen adalah anak sekolah dan turis asing. Pertunjukan sendiri sifatnya grup dengan jumlah massa ratusan orang, hal yang sudah pasti dilarang kala pandemi.

"Sekarang semuanya itu 90 persen lebih berhenti total. Okelah ada virtual, cuma kan itu belum bisa apa-apa dengan anggota kita yang hampir 1.000 orang," lanjutnya.

Selain biaya gaji, Taufik mengakui bahwa biaya yang harus ditutupi menjadi beban. Mulai dari bayar cicilan aset, BPJS, listrik, dan pajak.

Taufik pun berharap pemerintah bisa ikut memberikan solusi. Sebab, ia menilai SAU tak hanya soal pariwisata tetapi juga bagian dari pemeliharaan kesenian dan kebudayaan Jawa Barat.

"Saya dari Desember kemarin sudah kesulitan. Saya sudah mencoba mengontak dari pusat maupun daerah tolong beri waktu audiensi tapi belum ada tanggapan," kata Taufik.

"Kalau saya bicara sekadar owner Saung Angklung Udjo, saya berhenti, saya jual kemudian jadi apartemen kek atau apa kek selesai. Berarti saya punya duit dari apa yang saya jual," lanjutnya.

"Tapi yang hampir 1.000 orang karyawan bagaimana?” pungkasnya. (RUTE/AA/CNN)

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.