RUANGTENGAH.co.id, New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan kepada Arabnews pada Jumat (20/9) bahwa dunia tidak boleh membiarkan Lebanon menjadi Gaza berikutnya.
Hal ini diutarakan Guterres dalam sebuah wawancara setelah melihat eskalasi ketegangan antara militer Israel dan Hizbullah kian meningkat pasca ledakan massal perangkat telekomunikasi secara berturut-turut di Lebanon. Ledakan perangkat Pager yang sangat mengemparkan publik Lebanon pada minggu lalu, disusul sehari kemudian dengan ledakan Walkie-Talkie secara massal telah merenggut nyawa 37 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang.
Kejadian mematikan yang dicurigai sebagai sabotasi dari Israel itu disusul dengan baku tembak di perbatasan Lebanon - Israel. Ketegangan regional pun semakin memuncak.
Guterres mengatakan bahwa perang terbuka antara militer Israel dan Hizbullah adalah hal yang harus dihindari dengan berbagai cara.
“Ada kesadaran yang berkembang bahwa kita harus menghentikan peperangan ini. Kita harus menghentikan perang ini secara umum. Kita harus menghentikan perang di Gaza,” ungkap Guterres.
Kepada wartawan Guterres mengakui bahwa perang yang saat ini berlangsung di Jalur Gaza telah melampaui apa yang ia bayangkan sebelumnya terkait durasi. Menurutnya, tingkat kerusakan dan penderitaan akibat perang ini adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Bagaimanapun, serangan Hamas pada 7 Oktober tidak bisa menjadi pembenaran atas penderitaan yang dirasakan rakyat Palestina,” sambung Guterres.
Terkait ketidakberdayaan PBB mengatasi konflik di Gaza, Guterres mengatakan bahwa tanggungjawab menghentikan perang itu ada pada mereka yang bertikai. Adapun PBB, menurut Guterres, telah bekerja sesuai dengan kapasitasnya yaitu menyerukan genjatan senjata dan menyalurkan bantuan kemanusiaan sejak awal peperangan.
Atas kebebalan Israel yang kerap mengabaikan seruan internasional, Guterres mengatakan, “Tidak mungkin bisa meyakinkan mereka yang tidak mau diyakinkan.”
Guterres mengau sedih karena tidak dapat membantu banyak kepada rakyat Palestina. Ia mengakui keterbatasan PBB yang meskipun memiliki suara kuat untuk bersepakat dalam perdamaian dan kepatuhan kepada hukum internasional, tapi efektifitasnya sering kali terhalang oleh dinamika geopolitik, khususnya di Dewan Keamanan.
Ia menegaskan kembali bahwa solusi dua negara adalah jalan keluar terbaik untuk Palestina dan Israel. Ia juga menekankan agar Amerika Serikat berhenti memasok senjata kepada Isarel. Namun, Guterres mengakui bahwa AS tidak mungkin melakukan itu.
“Saya tahu itu tidak akan terjadi. Tidak ada gunanya memusatkan upaya jika hasilnya tidak mungkin,” jelas Guterres.
Meski demikian, ia menggarisbawahi bahwa melaksanakan putusan Mahkamah Internasional adalah hal yang perlu ditempuh. Dan, saat ditanya apakah ia mendukung penerbitan surat perintah penangkapan pimpinan Hamas, Yahya Sinwar, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Guterres mengatakan bahwa ia mendukung semua keputusan ICC (International Criminal Court). [RUTE]
0 Komentar :
Belum ada komentar.