Humaniora

Sempat Terhadang Banjir di Jalur Sumatera, Fathur Lanjutkan Gowes Ke Mekah

Sempat Terhadang Banjir di Jalur Sumatera, Fathur Lanjutkan Gowes Ke Mekah
Fathurrahman dan Fauzan Hakim bersama masyarakat dan personel TNI AL di depan Pos TNI AL Kuala Tungkal. (Gambar : Istimewa)

 

RUANGTENGAH.co.id, Batam - Fathurrahman, pesepeda asal Sumedang, Jawa Barat, yang sedang melakukan ekspedisi gowes sepeda Sumedang - Mekkah, hari ini sudah memasuki hari ke 22 dan - saat tulisan ini dipublikasikan - sedang berada di atas kapal penyeberangan dari Kuala Tungkal, Jambi, menuju Batam. Penyeberangan ini memakan waktu 20 jam perjalanan. 

 

Kepada RuangTengah Fathur menceritakan bahwa ia dan kakaknya, Fauzan Hakim, sempat terhadang banjir yang menutupi jalan raya di perbatasan Lampung Timur dan Lampung Tengah akibat hujan lebat yang turun hampir setiap hari di daerah tersebut. Sehingga ia harus menumpang truk besar untuk melintasinya. 

 

Namun, hal itu tidak menjadi kendala berarti karena ia dapat melanjutkan perjalanan. 

 

“Kami sempat terhalang banjir di perbatasan Lampung Timur dengan Lampung Tengah, sehingga badan jalan tidak bisa dilewati oleh motor dan sepeda bahkan mobil kecil,” ungkapnya. 

 

“Jadi kami dan para pengguna jalan lainnya harus menumpang truk untuk melintasi banjir,” sambungnya.

 

“Alhamdulillah hari ini kami berada di kapal feri menuju Batam untuk transit di sana. Selanjutnya kami akan menyebrang lagi ke Tanjung Pinang karena ada keluarga di sana untuk bersilaturahim,” lanjut Fatur. 

 

Ia mengutarakan bahwa di Tanjung Pinang selain untuk bersilaturahim, ia bersama sang kakak akan melakukan vaksin Miningitis dan memulihkan kondisi sepeda. 

 

“Rencananya satu atau dua hari kami di Tanjung Pinang. Kalau semua berjalan lancar tanggal dua Februari kami masuk Singapura, insyaaAllah,” imbuhnya. 

 

IMG-20250131-WA0010.jpgFathurrahman, Fauzan Hakim dan Ustadz Nafis di depat gerbang Ponpes Raudhatul Ulum, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. (Gambar : Fathur)

 

Mengunjungi Pesantren

 

Selama melintasi jalur Sumatera, Fathur dan kakaknya menyempatkan diri bersilaturahim ke beberapa pondok pesantren dan lembaga pendidikan sebagaimana yang telah direncanakan sejak awal keberangkatan. 

 

“Alhamdulillah kami sempat bersilaturahim ke Pondok Pesantren Raudhatul Ulum di Ogan Ilir Sumatera Selatan, Aqu-Lu El Muqoffa di Banyuasin, kemudian pesantren Al Baqiyatush Shalihat dan pesantren As Syatibi di Kuala Tungkal Jambi” kisahnya. 

 

“Banyak sekali pelajaran dari pondok-pondok pesantren ini, luar biasa dan semuanya punya kekhasan tersendiri,” ujar pengasuh Ponpes Terpadu Thursina, Sumedang itu. 

 

“Pesantren Raudhatul Ulum misalnya, ini pesantren tertua di Sumatera Selatan yang punya perhatian besar terhadap lingkungan. Di lahannya yang mencapai 80 hektar itu pesantren ini menanam berbagai pohon besar termasuk pohon-pohon purba yang sudah sangat jarang,” sambungnya. 

 

“Pesantren ini juga melibatkan masyarakat sekitar dalam banyak kegiatannya,” tambah Fathur.

 

Fathur menjadikan kunjungan ke lembaga pendidikan sebagai bagian dari ekspedisi karena latar belakang dirinya yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Sumedang, Jawa Barat. 

 

IMG-20250131-WA0007.jpgFathur dan Fauzan Hakim bersama para pengurus dan santri Ponpes Aqu-Lu El Muqoffa di Banyuasin. (Gambar : Fathur)

 

“Sembari gowes menuju Mekkah, kami ingin melakukan studi banding terkait kegiatan pendidikan agar ada masukan-masukan untuk pesantren yang sedang kami bina di Sumedang,” ungkapnya. 

 

Fathurrahman dan sang kakak, Fauzan Hakim, memulai ekspedisi gowes Sumedang - Mekkah ini pada tanggal 9 Januari 2025. Perjalanan menuju Mekkah ini diperkirakan memakan waktu tiga bulan. 

 

Fathur termotivasi dengan ayat 15 surat Al Mulk yaitu, 

 

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ 

 

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” 

 

Selain itu, Fathur termotivasi juga oleh para goweser dari berbagai daerah di Indonesia yang sudah lebih dahulu melakukan ekspedisi bersepeda ke Mekkah. 

 

Dukungan Msyarakat

 

Bukan tanpa kendala, perjalanan Fathur dan kakaknya ini sempat terhadang banjir di Lampung, juga pernah mengalami putus rantai sepeda di tengah jalur perkebunan sawit. 

 

“Luar biasa, pertolongan berdatangan dari orang-orang yang tidak kami kenal sebelumnya. Mereka dengan penuh ketulusan dan penuh semangat menolong kami,” kisah Fathur. 

 

FB_IMG_1738315533754.jpgFathur dan Fauzan Hakim bersama keluarga Rois di Desa Pematang Lumut, Tanjung Jebung, Jambi. (Gambar : Fathur)

 

“Di Palembang, kami disambut dan dibantu sahabat lama kami semasa kuliah yaitu Ustad Nafis,” sambungnya.

 

“Saat rantai sepeda putus, ada anak SMP bernama Rois dan keluarganya yang membantu kami. Ia mengevakuasi sepeda kami dengan mobil bak terbuka. Kami malah bermalam di rumahnya dan disambut seperti keluarga,” imbuhnya. 

 

“Begitu juga saat akan menyeberang ke Tanjung Pinang, banyak orang membantu kami bahkan membayarkan tiket penyeberangan kami,” kenang Fathur.

 

Fathur membagikan cerita perjalanannya yang luar biasa ini di akun Tiktoknya : https://www.tiktok.com/@abinabaldi?_t=ZS-8tWNDfrkxuP&_r=1  

 

[RUTE]

 

 

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.