Hikmah

Syahadat itu Bukan Untuk Allah

Syahadat itu Bukan Untuk Allah

Quraish Shihab

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Para orangtua sejak dahulu mengajarkan anak-anaknya untuk melafalkan dua kalimat syahadat. Asyhadu anlaa ilaaha ilallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah, aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad utusan Allah. Namun, para orangtua kita dahulu tidak semata mengajarkan kalimatnya saja, melainkan juga mengajarkan tentang maknanya.

Sayang, para orangtua di zaman ini nampaknya tidak lagi mengajarkan itu. Salah satu indikatornya adalah ada orang-orang yang mau menikah, manakala disuruh untuk mengucapkan dua kalimat syahadat saat prosesi akad nikah itu masih terbata-bata. Itu menjadi tanda bahwa jangankan memahami makna, mengucapkan kalimatnya pun masih tertatih-tatih. Fenomena seperti ini sudah bukan rahasia lagi, banyak terjadi.

Dalam konteks rukun iman dan rukun islam, adalah hal yang menarik manakala syahadat disebut sebagai poin pertama dalam rukun Islam. Demikian juga dalam rukun iman, hal pertama yang disebutkan adalah tentang keesaan Allah Ta’ala.

Saudaraku, manusia kerap kali terpaku pada kata-kata, atau pada kalimat, tanpa mendalami apa intisari atau substansi dari kalimat itu. Ketika seseorang mendengar hadits Nabi Saw. tentang agama yang terbangun oleh lima perkara yang salah satunya dan nomor pertamanya adalah syahadat, maka orang itu menyimpulkan bahwa kelima hal itulah Islam. Padahal sebenarnya, saya seringkali mengutarakan bahwa intisari dari ajaran Islam adalah akhlak.

Oleh karena itu, kita membaca dalam surat Al Ma’un di mana Allah Swt. menjelaskan bahwa orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghardik anak yatim, yang tidak memberikan makanan kepada fakir miskin. Artinya apa, artinya cukuplah seseorang disebut berdusta saat dia menyatakan dirinya sebagai muslim sementara dia berakhlak buruk terhadap anak yatim dan fakir miskin. Keislaman kita, terimplementasikan dalam akhlak kita. Akhlak yang mulia merupakan pancaran dari keimanan yang kokoh kepada Allah Ta’ala.

Sekarang, apa korelasi antara kedudukan syahadat dalam rukun Islam dengan keimanan kepada Allah dalam rukun iman. Yaitu, syahadat dalam rukun Islam merupakan urusan lisan dan perbuatan, sedangkan keimanan kepada Allah dalam rukun iman adalah persoalan keyakinan di dalam hati.

Allah tentu Maha Mengetahui keyakinan kita kepada-Nya yang tersimpan di dalam hati meskipun kita tidak mengucapkannya. Akan tetapi, kita tidak akan dikenal sebagai seorang muslim oleh orang lain kecuali jika kita mengucapkan dua kalimat syahadat.

Jadi, sebenarnya ucapan dua kalimat syahadat adalah untuk kepentingan kita sendiri supaya kita mendapat hak kita sebagai muslim. Sebagai contoh, seorang muslim meninggal dunia, maka dia berhak untuk jenazahnya dishalatkan oleh kaum muslimin. Tapi, jika dia bukan muslim, jika dia kafir, maka dia tidak memiliki hak untuk dishalatkan jenazahnya.

Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi bagian dari rukun Islam, maka kita sudah diakui sebagai muslim. Terlepas apakah kita meyakini di dalam hati apa yang kita ucapkan itu. Terlepas dari apakah kita menunaikan shalat atau tidak, orang lain sudah mengakui bahwa kita adalah seorang muslim. Data di KTP kita pun akan ditulis beragama Islam.

Mari kita buka lagi lembaran sejarah. Paman Nabi yang bernama Abu Thalib adalah sosok yang selalu terdepan membela keponakannya yaitu Muhammad Saw. dari rongrongan kaum kafir Quraisy di Mekkah kala itu. Diam-diam Abu Thalib sebenarnya menyadari bahwa keponakannya itu membawa kebenaran. Akan tetapi, di dalam hatinya ada rasa enggan kehilangan kedudukan di mata kaumnya sehingga membuat dia pantang mengucapkan dua kalimat syahadat. Jika saja Abu Thalib mengucapkan kalimat itu, maka kaumnya pun tahu bahwa dia telah berpaling dari agama nenek moyang kepada agama Islam.

Jadi saudaraku, dua kalimat syahadat yang kita ucapkan kepentingannya bukanlah untuk Allah, melainkan untuk diri kita sendiri. Sebagai bentuk deklarasi di hadapan orang lain bahwasanya kita ini muslim. Namun meski begitu, dua kalimat syahadat ini pun tentu memiliki substansi yang berkaitan dengan keyakinan kita kepada Allah sebagai Dzat satu-satunya yang wajib disembah.

Oleh karenanya, akan menjadi rancu jika ada seseorang mengaku dirinya muslim, namun di tengah pesta dia ikut menenggak minuman keras yang mana itu adalah hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. Akan menjadi rancu jika seseorang mengaku dirinya muslim di hadapan orang lain, tapi dia korupsi, dia mencuri, dia mengambil harta yang bukan haknya. Maka, ucapan dua kalimat syahadatnya hanya menjadi formalitas semata di hadapan manusia. Sementara di hadapan Allah ucapannya itu tiada bernilai.

Dua kalimat syahadat akan berdampak pada datangnya pengakuan dari orang lain. Dan, dua kalimat syahadat yang diiringi dengan keyakinan di dalam hati akan membuahkan kemuliaan akhlak dan menjadikan pengucapnya itu mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. []

 

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=WzwslDxuuZU

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.