Internasional

90 Persen Sekolah Hancur, Palestina Terancam Kehilangan Generasi

90 Persen Sekolah Hancur, Palestina Terancam Kehilangan Generasi
Anak-anak menulis sesuatu di tengah reruntuhan bangunan tidak jauh dari tenda pengungsian mereka di Jabalia, Gaza Utara, 8 September 2024. (gambar : AFP)

RUANGTENGAH.co.id, Gaza City - Tahun ajaran baru di wilayah Palestina seharusnya resmi dimulai pada Senin (9/9). Tapi, semua kekolah di Gaza terpaksa ditutup karena konflik berkepanjangan tanpa adanya tanda-tanda gencatan senjata. Para siswa di Gaza tak dapat kembali ke ruang kelas.

 

Alih-alih genjatan senjata, serangan demi serangan malah semakin gencar di Gaza. Baru-baru ini Israel mengeluarkan perintah evakuasi kepada penduduk di Gaza Utara karena ada serangan roket dari wilayah tersebut.

 

Akibatnya, banyak keluarga terpaksa meninggalkan rumah mereka dan semakin menambah penderitaan setelah selama ini terjebak di tengah kekerasan.

 

Seperti kisah Umm Zaki, seorang ibu dari lima anak di Deir Al-Balah, Gaza. Putranya, Moataz, yang seharusnya hari ini memulai kelas 10, justru menghabiskan pagi hari dengan mengumpulkan air dari jarak lebih dari satu kilometer. 

 

“Biasanya, hari pertama sekolah adalah hari yang menggembirakan. Kami melihat anak-anak mengenakan seragam baru, bermimpi menjadi dokter atau insinyur. Sekarang, yang kami harapkan hanyalah perang ini segera berakhir, sebelum kami kehilangan mereka,” ungkap Umm Zaki kepada Reuters.

 

Generasi2.jpegAnak-anak antusias belajar di tenda yang jadi kelas sementara di Jabalia, Gaza Utara, 8 September 2024. (gambar : AFP)

 

Kementerian Pendidikan Palestina menyampaikan bahwa 90 persen sekolah di Gaza telah hancur atau rusak akibat serangan Israel. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), yang mengelola sekitar setengah dari sekolah-sekolah di Gaza, telah mengubah beberapa sekolah menjadi tempat penampungan darurat bagi ribuan keluarga yang kehilangan tempat tinggal. 

 

Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, memperingatkan bahwa semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin besar risiko mereka menjadi generasi yang hilang. Mereka juga jadi lebih rentan terhadap eksploitasi seperti pernikahan dini, pekerja anak, dan bahkan perekrutan ke kelompok bersenjata.

 

Saat ini, sekitar 625.000 siswa Gaza tidak bisa bersekolah, dan tambahan 58.000 anak usia enam tahun yang seharusnya mulai kelas satu tahun ini juga terhambat akibat konflik yang tak berkesudahan.

 

UNRWA telah meluncurkan program belajar darurat di 45 tempat penampungan, dengan mengadakan kegiatan seni, drama, musik, dan olahraga untuk membantu memulihkan kesehatan mental anak-anak di tengah konflik.

 

Konflik terus menelan korban jiwa. Terbaru, dua serangan udara terpisah Israel di Gaza Tengah menewaskan tujuh orang. Sementara, satu serangan lainnya di Khan Younis, Gaza Selatan menewaskan satu orang. 

 

Di sisi lain, sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam menyatakan mereka terus bertempur melawan pasukan Israel di beberapa bagian Gaza dengan serangan roket dan mortir.

 

Militer Israel mengklaim telah menghancurkan sejumlah infrastruktur militer dan menewaskan puluhan militan, termasuk komandan senior Hamas dan Jihad Islam, dalam beberapa hari terakhir.

 

Sampai saat ini Kementerian Kesehatan Palestina, mencatat lebih dari 40.900 warga Palestina tewas akibat serangan Israel.

 

Upaya untuk mencapai gencatan senjata masih menemui jalan buntu hingga hari ini. Kedua belah pihak masih saling menyalahkan atas kegagalan mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri kekerasan ini. [RUTE/ARABNEWS]

0 Komentar :

Belum ada komentar.