RUANGTENGAH.co.id, Riyadh - Lebih dari 1.000 orang meninggal dunia selama pelaksanaan ibadah haji tahun 1445 H / 2024 M. Pejabat Arab Saudi pada Minggu (23/6) menyinggung cuaca ekstrim penyebab tingginya angka kematian ini.
Dua pejabat Mesir mengatakan bahwa lebih dari separuh angka kematian tersebut merupakan warga negara Mesir.
Mesir telah mencabut izin 16 agen perjalanan yang membantu jamaah haji tidak sah melakukan perjalanan ke Arab Saudi, kata pihak berwenang.
Arab Saudi belum mengomentari kasus kematian dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini.
Sebelumnya, pemerintah Mesir telah mengumumkan kematian 31 orang jamaah haji resmi akibat riwayat penyakit kronis, namun tidak memberikan penghitungan resmi untuk jamaah lainnya.
Seorang pejabat Kabinet Mesir mengatakan bahwa setidaknya 630 warga Mesir lainnya meninggal selama ibadah haji, sebagian besar dilaporkan di Kompleks Darurat di lingkungan Al Muaisem, Mekah. Mengonfirmasi penghitungan tersebut, seorang diplomat Mesir mengatakan sebagian besar dari yang meninggal ini telah dimakamkan di Arab Saudi.
Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat tidak mau disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang memberikan pernyataan kepada wartawan.
Pemerintah Saudi menindak jamaah yang tidak sah atau tidak resmi yang jumlahnya mencapai puluhan ribu orang. Namun tetap masih banyak orang, sebagian besarnya warga Mesir, berhasil mencapai tempat-tempat suci di dalam dan di sekitar Mekah. Berbeda dengan jamaah haji resmi, mereka tidak memiliki kamar hotel untuk menghindari panas terik.
Dalam pernyataannya, pemerintah mengatakan 16 agen perjalanan tersebut gagal memberikan layanan yang memadai bagi jamaah. Dikatakan bahwa lembaga-lembaga tersebut secara ilegal memfasilitasi perjalanan jamaah ke Arab Saudi dengan menggunakan visa yang tidak mengizinkan pemegangnya untuk melakukan perjalanan ke Mekkah.
Pemerintah juga mengatakan pejabat dari perusahaan tersebut telah dirujuk ke jaksa penuntut umum untuk penyelidikan.
Jamaah yang meninggal dunia ini juga termasuk 165 orang warga negara Indonesia, 98 dari India dan puluhan lainnya dari Yordania, Tunisia, Maroko, Aljazair dan Malaysia, menurut penghitungan Associated Press (AP). Dua jemaah asal AS juga dilaporkan tewas.
AP tidak dapat mengkonfirmasi secara independen penyebab kematian tersebut, namun beberapa negara seperti Yordania dan Tunisia menyalahkan cuaca panas yang melonjak.
Jurnalis AP melihat jemaah pingsan karena panas terik saat menunaikan ibadah haji, terutama pada hari kedua dan ketiga. Beberapa orang mengalami muntah dan pingsan.
Kematian bukanlah hal yang jarang terjadi pada ibadah haji. Sejarah ibadah haji juga diwarnai dengan desak-desakan dan epidemi yang mematikan.
Namun, penghitungan tahun ini luar biasa tinggi, sehingga menunjukkan keadaan yang luar biasa.
Peristiwa jamaah yang terinjak-injak di Mina pada tahun 2015 saat ibadah haji menewaskan lebih dari 2.400 jamaah, menjadi insiden paling mematikan yang pernah terjadi dalam ibadah haji, menurut catatan AP. Meski Arab Saudi tidak pernah mengakui jumlah total korban yang terinjak-injak. Kemudian, kecelakaan crane rubuh di Masjidil Haram pada awal tahun yang sama menewaskan 111 orang.
Insiden paling mematikan kedua dalam ibadah haji adalah penyerbuan tahun 1990 yang menewaskan 1.426 orang.
Selama periode haji tahun ini, suhu tertinggi harian berkisar antara 46 derajat Celsius (117 derajat Fahrenheit) dan 49 derajat Celsius (120 derajat Fahrenheit) di Mekah dan tempat-tempat suci di dalam dan sekitar kota, menurut Pusat Meteorologi Nasional Saudi. Beberapa orang pingsan ketika mencoba melakukan lontar Jumroh.
Haji, salah satu dari lima rukun Islam, adalah pertemuan keagamaan terbesar di dunia. Lebih dari 1,83 juta Muslim menunaikan ibadah haji pada tahun 2024, termasuk lebih dari 1,6 juta dari 22 negara, dan sekitar 222.000 warga negara dan penduduk Saudi, menurut otoritas haji Arab Saudi.
Arab Saudi telah menghabiskan miliaran dolar untuk membangun sistem pengendalian massa dan langkah-langkah keselamatan bagi mereka. Namun, banyaknya jamaah membuat keselamatan mereka sulit untuk dipastikan.
Perubahan iklim dapat membuat risiko menjadi lebih besar. Sebuah studi pada tahun 2019 yang dilakukan oleh para ahli di Massachusetts Institute of Technology menemukan bahwa meskipun dunia berhasil memitigasi dampak terburuk perubahan iklim, ibadah haji akan diadakan pada suhu yang melebihi “ambang batas bahaya ekstrem” dari tahun 2047 hingga 2052, dan dari tahun 2079 hingga 2086.
Islam mengikuti kalender lunar, sehingga ibadah haji bergeser sekitar 11 hari lebih awal setiap tahunnya. Pada tahun 2029, ibadah haji akan dilaksanakan pada bulan April, dan beberapa tahun setelahnya akan jatuh pada musim dingin, ketika suhu lebih sejuk. [RUTE/AP]
0 Komentar :
Belum ada komentar.