RUANGTENGAH.co.id, Jakarta - Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) mencatat ratusan pondok pesantren di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terdampak bencana banjir yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said, menyampaikan bahwa Aceh menjadi wilayah dengan jumlah pesantren terdampak paling banyak. Meski demikian, hingga kini tidak terdapat laporan korban jiwa baik dari kalangan santri maupun pengelola pesantren.
“Di Aceh ada sekitar 176 pesantren, di Sumatera Utara kurang lebih 30 pesantren, dan di Sumatera Barat sekitar 20 pesantren,” ujar Basnang di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag di Tangerang, Selasa (16/12/2025), seperti dilansir Republika.
Basnang menjelaskan, tingkat kerusakan pesantren akibat banjir bervariasi, mulai dari kategori ringan hingga berat. Salah satu pesantren yang telah ditinjau langsung oleh Kemenag adalah Pesantren Darul Muhlisin di Aceh Tamiang.
“Pesantren itu santrinya sekitar 250 orang. Secara umum pesantrennya cukup bagus, meskipun terdampak banjir dan kemasukan material kayu,”ungkap Basnang.
Untuk memastikan penanganan yang tepat, Kemenag melalui kantor wilayah setempat telah melakukan pemetaan kondisi pesantren berdasarkan tingkat kerusakannya. Data tersebut digunakan sebagai dasar dalam penyaluran bantuan serta perencanaan langkah pemulihan selanjutnya.
Saat ini, lanjut Basnang, proses evakuasi masih berlangsung sehingga para santri untuk sementara dipulangkan ke rumah masing-masing.
“Masa darurat sampai tanggal 25, setelah itu masuk masa rekonstruksi. Ketika lumpur sudah dibersihkan dan lahan ditinggikan, pembelajaran akan kembali dilaksanakan,” sambungnya.
Dalam upaya mendukung pemulihan, Kemenag menyiapkan bantuan senilai Rp 3 miliar yang diprioritaskan bagi pesantren dengan tingkat kerusakan berat di ketiga wilayah tersebut. Bantuan tersebut difokuskan untuk kebutuhan pemulihan tahap awal.
“Bantuan ini untuk pemulihan, seperti pengangkatan lumpur dan penanganan dampak awal lainnya. Untuk pembangunan kembali kita rencanakan pada tahun 2026,” tambah Basnang.
Terkait dampak terhadap warga pesantren, Basnang kembali menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa akibat bencana ini.
“Sampai hari ini tidak ada data korban tewas dari kami. Santri hanya terdampak banjir, alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” jelas dia.
Ia berharap seluruh proses pemulihan dapat berjalan lancar sehingga aktivitas pendidikan di pesantren dapat kembali normal setelah memasuki masa rekonstruksi. [RUTE/Republika]
0 Komentar :
Belum ada komentar.