RUANGTENGAH.co.id, Sharm El Sheikh - Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang iklim sudah dimulai pada hari Minggu (6/11) di Sharm El Sheikh, Mesir, dan akan berakhir pada 18 November nanti.
Lebih dari 40.000 peserta telah terdaftar pada Convention on Climate Change (COP27) ini untuk membahas cara-cara mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan upaya adaptasi dengan dampaknya.
Presiden COP26 Inggris Alok Sharma menyerahkan kepresidenan COP27 Mesir kepada Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry.
“Konferensi ini harus tentang tindakan nyata,” kata Sharma.
“Kita perlu mempercepat kemajuan itu di sisa dekade yang menentukan ini,” sambungnya.
Shoukry, pada bagiannya, menyoroti insiden iklim yang berdampak pada beberapa wilayah di berbagai belahan dunia. Dan, yang paling baru adalah banjir besar di Pakistan serta negara-negara di Afrika dan Eropa.
“Situasi iklim saat ini membutuhkan tindakan international yang mendesak,” lanjut Shoukry.
Simon Stiell, sekretaris eksekutif Perubahan Iklim PBB, menekankan perjuangan melawan perubahan iklim tidak boleh hanya menjadi upaya individual.
“Menerapkan isu-isu perubahan iklim yang telah disepakati adalah tanggung jawab semua orang. Pihak berwenang di seluruh dunia harus melakukan yang terbaik dalam masalah perubahan iklim,” katanya.
Menjadi tuan rumah KTT iklim kali ini, Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi menulis pada akun media sosialnya tentang urgensi KTT saat ini.
"KTT iklim datang pada saat yang sulit ketika keberadaan planet ini dan kemampuan kita untuk hidup di planet ini menghadapi bahaya dan tantangan unik," tulis Sisi.
“Bahaya dan tantangan ini mengharuskan semua negara bertindak cepat untuk membuat peta jalan yang akan menyelamatkan planet ini dan melindunginya dari dampak perubahan iklim,” tambahnya. (RUTE/AA)
0 Komentar :
Belum ada komentar.