Internasional

Dua Pasukan Asal Indonesia Terluka, Dunia Kecam Serangan Israel ke Markas UNIFIL

Dua Pasukan Asal Indonesia Terluka, Dunia Kecam Serangan Israel ke Markas UNIFIL
Pasukan penjaga perdamaian di Lebanon (UNIFIL) dari Indonesia. (gambar : Tempo)

RUANGTENGAH.co.id, Jakarta - Tank pasukan Israel menyerang menara pengawas pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) yang terletak di kota perbatasan Naqoura, pada Kamis (10/10). Serangan yang diyakini oleh PBB sebagai tindakan sengaja ini melukai dua personel asal Indonesia. 

 

Juru bicara pasukan perdamaian PBB, Andrea Tenenti mengatakan kepada kepada RT, bahwa militer Israel melakukan tiga kali serangan yang menargetkan sistem komunikasi misi, kamera, dan menara pengawas yang berada di markas  UNIFIL di Lebanon Selatan. 

 

Serangan Israel terus berlanjut pada Jumat (11/10) yang melukai dua personel pasukan asal Sri Lanka. 

 

Melalui platform X, UNIFIL mengkonfirmasi bahwa markasnya terkena dua ledakan dalam 48 jam. 

 

“Dua personel pasukan penjaga perdamaian terluka akibat dua ledakan di dekat menara observasi. Seorang pasukan penjaga perdamaian yang terluka dibawa ke rumah sakit di Tyre, sementara yang kedua dirawat di Naqoura,” tulis akun UNIFIL.

 

Pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan ini. 

 

“Terhadap serangan tersebut, Indonesia mengutuk keras. Indonesia mengutuk keras serangan tersebut,” tegas Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, Jumat (11/10). 

 

Menlu Retno menegaskan bahwa serangan terhadap personel dan properti PBB adalah pelanggaran besar terhadap International Humanitarian Law dan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701. Menlu mendesak semua pihak menghormati kewenangan PBB.

 

"Indonesia meminta semua pihak untuk menjamin dihormatinya inviability, atau tidak dapat dilanggarnya wilayah PBB dalam segala Waktu," kata Retno, seperti dilansir Metro. 

 

Kecaman Dunia

 

Arogansi pasukan Israel ini mendapat kecaman dari berbagai negara di dunia. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mendesak dunia internasional untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel. 

 

Sementara, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa mereka marah atas serangan militer Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon dan menuntut Israel untuk menahan diri dari segala tindakan permusuhan terhadap mereka.

 

"Moskow marah dengan tindakan militer Israel," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.

 

"Pihak Rusia menuntut agar mereka menahan diri dari segala tindakan permusuhan terhadap pasukan penjaga perdamaian UNIFIL yang melaksanakan misi mereka di Lebanon sesuai dengan mandat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ada, dan menyatakan dukungannya serta mendoakan agar yang terluka segera pulih," katanya.

 

"Tiongkok menyatakan keprihatinan mendalam dan kecaman keras atas serangan Pasukan Pertahanan Israel terhadap posisi dan pos pengamatan UNIFIL, yang mengakibatkan cedera pada personel UNIFIL," kata juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning.

 

Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto mengatakan Israel telah bertindak secara ilegal dengan menembaki posisi yang digunakan oleh pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon. Crosetto mengecamnya sebagai kejahatan perang.

 

"Ini bukan kesalahan dan bukan pula kecelakaan," kata Crosetto dalam sebuah konferensi pers. "Ini bisa menjadi kejahatan perang dan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional yang sangat serius," sambungnya.

 

Crosetto mengatakan bahwa ia telah menghubungi mitranya dari Israel untuk memprotes dan juga telah memanggil duta besar Israel untuk Italia guna menuntut penjelasan. Namun, dubes Israel tidak kunjung datang.

 

UNIFIL memiliki sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian yang ditempatkan di Lebanon Selatan. Pasukan ini telah menyerukan gencatan senjata sejak eskalasi antara Israel dan kelompok militan Lebanon Hizbullah pada tanggal 23 September, setelah satu tahun terjadi baku tembak lintas perbatasan. [RUTE]

 

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.