Internasional>Asia

Dunia Bereaksi Setelah Kemenangan Taliban di Afghanistan

Dunia Bereaksi Setelah Kemenangan Taliban di Afghanistan

RUANGTENGAH.co.id, Dubai -  Dunia bereaksi terhadap perkembangan pesat di Afghanistan setelah Taliban  menguasai Kabul dan Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8). Dengan dikuasainya Kabul, Taliban hampir dipastikan mengambil alih kekuasaan di negara itu.

Amerika Serikat

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS mengevakuasi staf yang tersisa di Kedutaan Besar AS di Kabul saat Taliban memasuki ibu kota Afghanistan itu. Tapi dia menampik jika Amerika disebut tergesa-gesa dalam proses evakuasi ini.

Blinken mengkonfirmasi bahwa pekerja di Kedutaan Besar AS menghancurkan dokumen dan barang-barang lainnya sebelum keluar dari kedutaan.

“Semua dilakukan dengan tertib, pasukan Amerika ada di sana untuk meyakinkan kita bahwa semua proses itu berjalan secara aman.”

Helikopter militer AS lepas landas dari halaman kedutaan pada Minggu. Mereka membuat kepulan asap hitam ke langit Kabul ketika para pejabat bekerja untuk menjaga agar dokumen-dokumen sensitif tidak jatuh ke tangan Taliban.

Awal tahun ini, Presiden AS Joe Biden menolak isu yang mengatakan Taliban dapat merebut Afghanistan. Biden juga menolak isu yang menyebut perang Afghanistan akan berakhir seperti berakhirnya perang Vietnam yang ditandai dengan adegan helikopter militer lepas landas dari atap kedutaan.

Blinken membela keputusan Biden untuk mengakhiri 20 tahun misi militer AS di Afghanistan. Blinken menyebut bahwa Biden terikat oleh kesepakatan penarikan pasukan antara Presiden Donald Trump dengan Taliban pada tahun 2020.

“Jika Biden membatalkan penarikan, maka kami akan kembali berperang dengan Taliban, dan dipaksa untuk mengerahkan puluhan ribu pasukan Amerika kembali ke Afghanistan,” kata Blinken.

Inggris

“Tak seorang pun boleh secara bilateral mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan,” tegas Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Minggu (15/8). Ia menambahkan bahwa akan ada pemerintahan baru di Afghanistan dalam waktu dekat.

"Kami tidak ingin siapa pun secara bilateral mengakui Taliban," kata Johnson. Ia mendesak negara-negara Barat untuk bekerja sama di Afghanistan melalui mekanisme seperti PBB dan NATO.

"Kami ingin bersatu dengan semua orang yang berpikiran sama, sehingga kami melakukan apapun yang kami bisa untuk mencegah Afghanistan kembali menjadi tempat berkembang biaknya teror,” tambahnya.

UEA

Kementerian luar negeri Uni Emirat Arab (UEA) pada hari Minggu mengatakan sedang berupaya memfasilitasi evakuasi staf diplomatik asing dari Afghanistan melalui bandara di negara Teluk Arab.

Termasuk staf diplomatik dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Mesir, Australia, dan Uni Eropa, kata kementerian dalam sebuah pernyataan.

UEA adalah pusat transit udara internasional utama.

Rusia

Kantor berita Rusia melaporkan pada Minggu bahwa Taliban berjanji untuk menjamin keamanan kedutaan Rusia di Kabul.

Tass mengutip Suhail Shaheen, juru bicara kantor politik Taliban, yang mengatakan bahwa organisasi tersebut memiliki hubungan baik dengan Rusia dan kebijakan secara umum untuk memastikan kondisi yang aman bagi fungsi kedutaan Rusia dan lainnya.

Utusan Kremlin di Afghanistan mengatakantidak ada rencana untuk mengevakuasi pejabat kedutaan Rusia di Kabul. Zamir Kabulov mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa duta besar Rusia dan stafnya dengan tenang masih menjalankan tugas mereka di sana.

Jerman

Media Jerman telah mengeluarkan seruan mendesak kepada Kanselir Angela Merkel dan menteri luar negeri negara itu untuk program visa darurat guna membantu staf lokal yang bekerja untuk mereka meninggalkan Afghanistan.

Dalam sebuah surat terbuka hari Minggu, surat kabar utama Jerman, penyiar publik dan komersial, dan kantor berita dpa memperingatkan bahwa “kehidupan staf lepas ini sekarang dalam bahaya akut.”

Outlet media menekankan bahwa pelaporan dari Afghanistan selama dua dekade terakhir akan “tidak terpikirkan tanpa upaya dan keberanian staf Afghanistan yang mendukung kami di lapangan: jurnalis lokal, stringer dan penerjemah.”

Mengutip beberapa serangan fatal baru-baru ini terhadap wartawan, surat itu mengatakan bahwa karena kemajuan Taliban "harus ditakuti bahwa pembunuhan semacam itu sekarang akan meningkat secara dramatis - dan banyak staf kami dalam bahaya."

“Kami yakin: tidak ada waktu untuk kehilangan sekarang,” tambahnya. “Staf kami yang ingin meninggalkan negara ini berisiko mengalami penganiayaan, penangkapan, penyiksaan, dan kematian. Itu sebabnya kami meminta Anda bertindak cepat. ”

Italia

Media Italia melaporkan pada Minggu bahwa sebagian besar pejabat dan staf Kedutaan Besar Italia di Kabul  dipindahkan ke bandara ibukota Afghanistan untuk persiapan evakuasi.

Laporan Minggu oleh Corriere della Sera mengatakan ada sekitar 50 pejabat, 30 staf Afghanistan dan keluarga mereka, bersama dengan polisi paramiliter Carabinieri penjaga kedutaan.

Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi bahwa pejabatnya sedang dipindahkan ke bandara, seperti yang sedang dilakukan oleh negara lain, tetapi tidak dapat menginformasikan detail jumlah atau waktunya.

Menteri pertahanan Italia mengatakan bahwa 228 warga Afghanistan dan keluarganya telah dipindahkan ke Italia. Hal itu disebutkannya sebagai tugas moral untuk melindungi mereka yang telah bekerja dengan Italia dari berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan.

Agensi Italia LaPresse melaporkan sebuah penerbangan yang membawa perjabat kedutaan Italia berangkat dari Kabul pada Minggu malam.

Swedia

Penyiar layanan publik Swedia melaporkan bahwa pemerintahnya akan mengevakuasi semua pejabat kedutaannya dari Kabul pada hari Minggu.

Vatikan – Paus Fransiskus

Paus Fransiskus mengungkapkan keprihatinannya pada Minggu atas konflik di Afghanistan. Ia menyerukan dialog sehingga rakyat yang selama ini tersiksa oleh perang dapat hidup dalam damai.

“Saya bergabung dalam keprihatinan bulat untuk situasi di Afghanistan,” kata paus selama Angelus mingguan di Vatikan.

“Saya meminta Anda semua untuk berdoa bersama saya kepada Tuhan agar perseteruan bersenjata bisa berhenti dan solusi damai dapat ditemukan di meja dialog,” katanya.

“Dengan demikian penduduk yang selama ini tersiksa di negara itu, baik pria, wanita, orang tua dan anak-anak, bisa kembali ke rumah mereka masing-masing, dan hidup dalam kedamaian dan keamanan, dengan saling menghormati sepenuhnya,” pungkas Paus. (RUTE/arabnews)

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.