RUANGTENGAH.co.id, Ankara - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki ingin memiliki hubungan yang lebih baik dengan Israel. Sayang sekali, kebijakan Israel terhadap Palestina tergolong sebagai hal yang tak bisa diterima, menurut Erdogan.
Erdogan mengatakan bahwa pembicaraan antara kedua negara terus berlanjut di tingkat intelijen.
Dalam keterangannya kepada wartawan setelah shalat Jumat di Istanbul, Erdogan menyatakan bahwa Turki memiliki masalah dengan elit-elit Israel. Ia mengatakan bahwa hubungan kedua negara bisa saja berbeda jika tidak ada masalah itu.
“Urusan Palestina adalah garis merah kami. Tidak mungkin bagi kami untuk menerima kebijakan Israel atas Palestina. Tindakan tanpa ampun mereka di sana tidak bisa diterima,” kata Erdogan.
"Jika tidak ada masalah di itu, hubungan kami bisa sangat berbeda," tambahnya.
“Tentu kami ingin membawa hubungan kami ke titik yang lebih baik,” pungkas Erdogan.
Turki adalah negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949. Mereka menjalani hubungan yang hangat dan hubungan komersial yang kuat sekian lama, sampai tiba era Erdogan naik ke tampuk kekuasaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Ankara berulang kali mengutuk pendudukan Israel di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap Palestina.
Turki pertama kali memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 2010 setelah militer Israel membunuh 10 aktivis Turki pro-Palestina yang menaiki armada milik Turki. Mereka sedang mencoba mengirimkan bantuan untuk warga Palestina di jalur Gaza.
Israel memblokade Jalur Gaza sejak Juni 2007. Israel memberlakukan blokade darat, laut, dan udara di daerah tersebut.
Turki kemudina memulihkan hubungan dengan Israel pada 2016. Tetapi hubungan memburuk lagi pada 2018.
Pada Mei tahun itu, Ankara menarik utusannya dari Israel setelah serangan mematikan terhadap warga Palestina di jalur Gaza yang memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem. (RUTE/AA/aljazeera)
0 Komentar :
Belum ada komentar.