RUANGTENGAH.co.id, Dubai - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperingatkan serangan hama belalang dapat menjadi ancaman serius bagi dunia pertanian dan ketahanan pangan jutaan masyarakat dari Tanduk Afrika hingga Yaman.
FAO mengatakan bahwa faktor cuaca dan musim penghujan yang meluas tahun ini menyebabkan ledakan populasi belalang di kawasan timur Ethiopia dan Somalia yang semakin buruk karena adanya topan Gati.
Jumlah belalang ini diperkirakan akan meningkat tajam dalam beberapa bulan ke depan seiring siklus perkembangbiakan mereka di pantai Laut Merah.
“Wilayah ini sudah sangat rentan, mengingat kekeringan selama tiga tahun yang diikuti hujan lebat dan banjir tahun lalu. Lalu diperparah oleh Covid 19, kawanan belalang gurun menjadi guncangan tambahan yang dapat berdampak parah bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian,” ungkap Keith Cressman, staf senior di FAO's Desert Locust Information Service (DLIS), kepada Arab News.
“Sekelompok belalang di satu kilometer persegi lahan, dalam sehari dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sama dengan 35.000 orang,” jelasnya.
[caption id="attachment_1127" align="aligncenter" width="300"] Keith Cressman, staf senior di FAO Desert Locust Information Service (DLIS). (foto : Arab News)[/caption]Meskipun Arab Saudi telah berupaya untuk mengendalikan belalang gurun dalam beberapa dekade terakhir, FAO mengatakan kawanan yang akan datang bisa menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar bagi Kerajaan, Eritrea, Sudan dan Yaman daripada yang sebelumnya.
Pemerintah Saudi mengambil tindakan pencegahan dengan program nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup, Air, Belalang Pertanian dan Pusat Pengendalian Hama Migrasi, yang berbasis di Jeddah.
“Pakar nasional yang terlatih, bekerja sama dengan dinas pertanian di seluruh negeri, terus memantau situasi dengan melakukan survei darat dan menerapkan langkah-langkah pengendalian melalui darat dan udara jika diperlukan,” kata Cressman.
Sebagai Wabah
“Belalang gurun bersifat omnivora, mereka memakan segalanya, mulai dari tumbuhan alami di gurun yang menjadi hijau setelah hujan, tanaman pertanian tadah hujan di pinggiran gurun, hingga tanaman pertanian beririgasi. Mereka juga bisa menyerang pohon kurma."
Kawanan belalang terbentuk ketika populasinya meningkat dan mereka menjadi berdesakan. Mereka kemudian beralih dari fase hidup soliter ke fase sosial, dengan cepat berkembang biak 20 kali lipat dalam rentang waktu hanya tiga bulan. Mereka dapat mencapai kepadatan 80 juta per kilometer persegi.
Ketika mereka menimbulkan gangguan di beberapa negara secara bersamaan dalam jumlah besar, maka mereka diklasifikasikan sebagai wabah.
Musim panas lalu, pemerintah Saudi mengerahkan 40 tim lapangan untuk melawan belalang gurun di daerah berisiko tinggi di selatan Riyadh, di tenggara Asir, pedalaman Najran, gurun timur, dan dataran tinggi Taif timur di wilayah Makkah.
[caption id="attachment_1128" align="aligncenter" width="300"] Seorang anak di Yaman bermain dengan dua ekor belalang gurun. (foto : Arab News)[/caption]Misi mereka adalah untuk mencegah penyebaran kawanan belalang dari Yaman, Oman dan Empty Quarter (gurun di semenanjung Arab bagian selatan) melalui penerapan langkah-langkah untuk menekan pembiakan.
Musim panas kala itu, curah hujan tinggi yang tidak normal di selatan Jazirah Arab bertepatan dengan migrasi musim panas kawanan belalang dari Afrika Timur menuju Asia barat daya, India dan Pakistan.
Ancaman Serius untuk Tanaman
Jeffrey Culpepper, ketua Agrisecura yang berbasis di UEA, mengatakan produksi tanaman regional sudah menderita karena perubahan iklim - dan kawanan belalang memperburuk keadaan. Ia mengharapkan negara-negara Teluk akan memperoleh keuntungan yang ringan karena produksi tanaman eksternal mereka yang minimal. Tetapi yang lain tidak akan seberuntung itu.
“Ruang publik hijau, terutama taman dan lapangan golf, akan terpukul keras karena belalang akan memakan semua yang terlihat hanya dalam semalam,” kata Culpepper.
“negara-negara seperti Mesir, Sudan, Ethiopia dan Turki, mereka sangat bergantung pada irigasi sungai untuk tanaman luar, terutama biji-bijian, akan terpukul keras. Negara-negara lain seperti Yaman, Somalia dan Eritrea, yang sudah menderita karena perang saudara, akan semakin menderita.”
[caption id="attachment_1129" align="aligncenter" width="300"] Penampakan belalang gurun di rumah warga di Sana'a, Yaman. (foto : Arab News)[/caption]Karena Arab Saudi relatif kering, Culpepper mengatakan bahwa Kerajaan biasanya tidak terlalu terpengaruh. “Belalang lebih menyukai kawasan hijau yang lebih lembut. Tetapi ketika lapar, mereka akan memakan apa saja, termasuk tanaman kurma muda,” katanya.
FAO Siap Kerjasama
FAO menyatakan siap membantu negara-negara terdampak dalam bentuk pengawasan, petunjuk teknis, pengadaan persediaan dan peralatan untuk mengendalikan serangan belalang. FAO juga memperingatkan negara-negara di kawasan untuk bersiap menjaga produksi dan cadangan pangan.
Hingga saat ini, FAO telah menggelontorkan hampir $ 200 juta untuk upaya antisipasi dan pengendalian belalang.
"Lebih dari 1.500 personel survei dan kontrol darat telah dilatih. 110 kendaraan penyemprot tanah sudah disiagakan dan 20 pesawat kini sudah beroperasi,” kata badan PBB itu.
“FAO sekarang mencari $ 40 juta lagi untuk meningkatkan kegiatan pengawasan dan pengendalian di negara-negara yang paling terkena dampak seperti Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan dan Yaman. Lebih dari 35 juta orang sudah sangat rawan pangan di lima negara ini dan FAO memperkirakan jumlah ini dapat meningkat 3,5 juta lagi jika tidak ada yang dilakukan untuk mengendalikan wabah terbaru."
Ke depan, tantangannya banyak. Perubahan iklim memengaruhi perkembangbiakan, migrasi, dan invasi belalang. Gangguan COVID-19 terhadap rantai pasokan juga menyulitkan beberapa negara untuk mendapatkan pestisida.
FAO bekerjasama dengan negara-negara yang berisiko untuk memperkuat kapasitas mereka dalam memantau dan mengendalikan belalang. Selama keadaan darurat seperti sekarang, FAO telah memobilisasi sumber daya keuangan dengan donor internasional dan memberikan keahlian teknis dalam mengoordinasikan dan melaksanakan kampanye pengendalian.
“Polanya sederhana: Semakin banyak mereka makan, semakin banyak mereka berkembang biak. Dan semakin banyak mereka berkembang biak, semakin jauh mereka harus mencari makanan,” pungkas Culpepper. (RUTE/AA/arabnews)
0 Komentar :
Belum ada komentar.