Features

Ini Gerbang Damaskus, Pintu Masuk Utama Kota Tua Yerusalem

Ini Gerbang Damaskus, Pintu Masuk Utama Kota Tua Yerusalem

RUANGTENGAH.co.id, Yerusalem - Gerbang Damaskus, dikenal dengan nama Bab Al Amoud dalam bahasa Arab, merupakan gerbang yang sangat ikonik ini pertama kali dibangun oleh pemerintahan Romawi sekitar 2.000 tahun yang lalu.

Dinding gerbang Damaskus yang menyerupai mahkota dan menjulang kokoh tinggi merupakan landmark terpenting di kota tua Yerusalem.

Orang Palestina menyebutnya Bab Al Amoud, sedangkan dalam bahasa Ibrani disebut Sha’ar Shkhem. Gerbang ini memiliki makna budaya dan politik bagi penduduk Yerusalem dan sekitarnya.

Gerbang bersejarah ini digunakan oleh sebagian besar warga Palestina untuk memasuki kawasan Kota Tua. Gerbang ini pula menjadi salah satu titik utama kehidupan warga Palestina di Yerusalem.

Di gang-gang sempit yang tersambung dari gerbang utama, kaum pria Palestina menyeruput kopi di malam yang tenang. Para pedagang menjajakan dagangannya di atas gerobak. Sementara beberapa orang berkumpul menyanyikan tembang-tembang tradisional. Sesekali mereka menyanyikan lagu-lagu protes terkait situasi politik yang sedang berlangsung.

Gerbang ini juga menjadi perlintasan paling ramai oleh turis yang berkunjung ke Yerusalem. Para peziarah Palestina dan Muslim bisa dipastikan melewati gerbang ini saat menuju situs utama yaitu Masjid Al Aqsa.

Karena pemukim Yahudi juga mengklaim punya Al Aqsa sebagai situs suci mereka sebagai tempat yang dijanjikan di masa depan, maka gerbang Damaskus ini kerap menjadi saksi bisu gesekan dan bentrokan yang kerap terjadi antara warga Palestina dengan polisi Israel.

Letak

Gerbang Damaskus berada di sisi utara Kota Tua Yerusalem. Gerbangnya mengarah langsung ke bagian tengah benteng yang dikeliling tembok tinggi nan kokoh.

Lokasinya yang berada di Yerusalem Timur menjadikan gerbang ini sebagai situs resmi Palestina yang diduduki oleh militer Israel.

Jika Anda memasuki gerbang ini, maka Anda akan langsung berjalan mengarah ke jantung kota bersejarah, setelah sebelumnya melintasi toko-toko souvenir, restoran dan kedai-kedai kopi.

[caption id="attachment_2520" align="aligncenter" width="300"] Kesibukan di dalam Gerbang Damaskus. Untuk keluar dari Kota Tua, Anda harus meniti jalan bertangga ini, masuk ke dalam gerbang, lalu berbelok ke kiri menelusuri lorong, kemudian berbelok ke kanan untuk keluar dari gerbang. (gambar : pintarest)[/caption]

Di bagian tengah benteng terdapat patung Kaisar Hadrian yang berdiri sejak era Romawi Bizantium.

Nama “Damaskus” disematkan kepada benteng ini karena mengacu pada fungsinya sebagai jalur keluar bagi mereka yang bepergian ke ibu kota Suriah sebelum berdirinya Israel.

Sedangkan tentara Salib menyebutnya gerbang St Stephen karena mereka percaya di dekat gerbang itu terdapat lokasi di mana Santo Stefanus menjadi martir.

Uniknya, di antara banyak gerbang di sekeliling Kota Tua, Gerbang Damaskus atau Bab Al Amoud, telah memiliki nama yang sama sejak 10 abad yang lalu. Secara historis nama ‘Bab An Nashr’ atau Gerbang Kemenangan juga telah digunakan sebagai nama lain untuk gerbang ini.

Saat ini, polisi Israel terus-menerus melakukan patroli di sekitar gerbang. Mereka terkadang berkeliling dengan mengendarai kuda. Beberapa polisi rutin berjaga di belakang pagar besinya.

Warga Yahudi juga sering menggunakan gerbang ini sebagai akses keluar masuk karena posisinya yang mengarah ke Tembok Barat dan stasiun kereta api jarak dekat yang menghubungkan gerbang ini ke berbagai wilayah di dalam Kota Tua Yerusalem.

Bagi orang Yahudi, Tembok Barat diyakini sebagai kuil sakral kedua yang sampat dihancurkan pada zaman Romawi. Situs ini adalah salah satu yang paling panting bags peziarah Yahudi. Setiap tahunnya puluhan ribu orang Yahudi berkumpul di sana untuk berdoa dan menyelipkan permohonan tertulis di antara celah-celah dindingnya.

Waktu Pembangunan

Catatan sejarah menunjukkan bahwa gerbang ini awalnya dibangun oleh Herodes Agripa I pada tahun 41 M. Kemudian, dibangun kembali oleh Kaisar Hadrian pada masa pemerintahannya.

Pada tahun 1537 benteng ini sempat dipugar, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Utsmaniyah Sulaiman Agung.

[caption id="attachment_2521" align="aligncenter" width="300"] Gerbang Damaskus pada sekitar 100 tahun lampau. (gambar : twitter)[/caption]

Bangsa Romawi pada awalnya membangun benteng ini sebagai penghubung di jalur perjalanan Utara - Selatan yang melintasi Yarusalem.

Struktur asli dari bangunan ini sebenarnya memiliki gerbang utama dengan tiga lengkungan. Namun, hari ini yang tersisa hanya tinggal satu lengkungan di sebelah timur.

Fitur Utama Gerbang

Gerbang ini memiliki krenelasi, yaitu ruang kecil yang dapat ditempati orang untuk memantau situasi atau menembakkan panah, berbentuk segitiga di bagian atasnya yang membuat benteng ini seperti memiliki mahkota.

Tidak seperti beberapa gerbang lain yang mengarah ke Kota Tua, Gerbang Damaskus ini memiliki tangga dengan lengkungan meruncing yang ornamennya diukir bergaya Ottoman.

Sebelum tahun 1967, gerbang ini memiliki menara krenelasi di bagian atasnya yang rusak pada peristiwa Perang Enam Hari, yaitu perang di Timur Tengah antara negara-negara Arab (Mesir, Yordania, Suriah, Irak dan Lebanon) melawan Israel sejak tanggal 5 sampai 10 Juni 1967.

Kota Tua Yerusalem dengan bentengnya telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs penting bagi tiga agama Ibrahimi.

[caption id="attachment_2522" align="aligncenter" width="300"] Salah sudut di bagian dalam benteng Gerbang Damaskus. (gambar : israelinphotos)[/caption]

Sementara, Israel terus membangun infrastuktur militernya di sekitar gerbang meskipun tempat ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Termasuk menara pengawas di pintu gerbang yang dilengkapi detektor suara, yang pembangunannya menuntut penebangan pohon disekitar gerbang.

Makna Simbolik

Selama bertahun-tahun gerbang ini telah menjadi ikon budaya bagi bagi warga Palestina. Bukan hanya karena peran vitalnya sebagai pintu keluar masuk ke area Masjid Al Aqsa, tapi juga karena menjadi titik fokus ketegangan dengan Israel.

Orang-orang Palestina memandang gerbang ini sebagai tempat untuk berkumpul dan memobilisasi diri dalam melawan blokade Israel yang selama ini telah membatasi kehidupan mereka di Yerusalem.

Gerbang Damaskus juga telah menjadi latar untuk banyak gambar dan lukisan tentang Yerusalem. Serta menjadi latar dalam berbagai karya sastra dan cerita rakyat Palestina.

Gambar bazar yang ramai di sekitar tembok gerbang dan pria berkafiyeh yang sedang berjalan di sekitarnya, memiliki nilai sentimental bagi banyak orang Palestina.

Selama bulan sucu Ramadhan, gebrang ini akan riuh dengan suara langkah kaki dari ribuan orang yang hendak berziarah ke Al Aqsa.

Umat muslim yang ingin berkunjung ke Al Aqsa dari arah timur Yerusalem dan dari Tepi Barat akan masuk melalui gerbang Damaskus.

Ketegangan

Orang-orang Palestina sangat dibatasi untuk memasuki Kota Tua Yerusalem. Pembatasan bahkan diterapkan berdasar usia dan jenis kelamin. Polisi Israel memegang kendali penuh dalam pembatasan ini. Pembatasan yang jauh lebih ketat lagi ketika situasi politik memanas.

  [caption id="attachment_2524" align="aligncenter" width="300"] Warga Palestina bentrok dengan polisi Israel, pada 25 April 2021. (gambar : reuters)[/caption]

Pengendalian yang ketat oleh Israel kerap menjadi pemantik konflik dengan warga Palestina. Aksi protes yang digalang warga Palestina seringkali berujung bentrokan yang tidak jarang menimbulakan korban di pihak warga Palestina.

Hal lain yang juga menjadi pemicu kemarahan warga adalah penggeledahan yang dilakukan polisi Israel terhadap mereka ketika melintasi gerbang.

Pada tahun 2020, Israel membuat keputusan kontroversial yaitu memberikan nama tangga gerbang Damaskus dengan nama Hadar dan Hadas. Keputusan ini diambil setelah tewasnya dua polisi wanita Israel yaitu Hadar Cohen dan Hadas Malka.

Pengubahan nama tersebut oleh Israel dianggap oleh warga Palestina sebagai upaya lebih lanjut Israel dalam menghapus warisan Palestina Yerusalem.

“Penamaan tangga gerbang Damaskus dengan nama yang berbeda merupakan upaya untuk memisahkan monumen gerbang Damaskus dari ruang arsitekturnya,” kata Yousef Natsheh, sejarawan arsitektur Universitas Al Quds.

“Ini adalah ruh. Ini adalah ruang. Ini adalah perbatasan Gerbang Damaskus. Bagaimana Anda akan memisahkan antara jiwa dan tubuh?” lanjutnya. (RUTE/MEE)

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.