RUANGTENGAH.co.id, Istanbul - Jumlah pekerja kemanusiaan yang tewas di Jalur Gaza mencapai 75% dari total korban jiwa pekerja kemanusiaan global. Fakta ini menjadi bukti bahwa bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza tidak tertandingi.
Angka ini diperoleh dari Aid Worker Security Database yang telah mendokumentasi dengan apik lebih dari 378 kematian para pekerja kemanusiaan sejak 7 Oktober 2023.
Krisis kemanusiaan di Gaza adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Mereka menjadi korban dari keganasan militer Israel yang membumihanguskan Gaza tanpa pandang bulu; menargetkan objek bergerak apapun, termasuk para sukarelawan, tenaga kemanusiaan, tenaga medis, hingga wartawan.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 294 kematian terjadi di Gaza. Sebagian besar para pekerja kemausiaan yang menjadi korban ini terafiliasi dengan organisasi terkenal seperti Medecins Sans Frontieres (MSF), Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), dan World Central Kitchen.
Mereka terjun ke Gaza dengan protokol keamanan yang ketat, termasuk memberikan koordinat GPS kepada otoritas Israel untuk menghindari zona konflik. Namun, Israel tetap menjadikan konvoi bantuan kemanusiaan sebagai target serangan. Mereka juga menyerang pusat-pusat pengungsian dan lokasi-lokasi yang menjadi tempat berlindung para sukarelawan.
Human Rights Watch telah mendokumentasikan setidaknya delapan insiden sejak Oktober 2023 di mana pasukan militer Israel menyerang konvoi kemanusiaan dan fasilitas bantuan, meski sebelumnya lokasi telah dikoordinasikan guna menghindari serangan.
Salah satu insiden terjadi pada 18 November 2023, ketika serangan udara menghantam konvoi MSF, menewaskan tujuh pekerja kemanusiaan. Ini menjadi salah satu dari banyak serangan yang mengungkap bagaimana pasukan Israel secara sengaja menargetkan operasi kemanusiaan.
Pada 1 April 2024, pasukan Israel kembali menyerang konvoi World Central Kitchen, dan menewaskan tujuh pekerja bantuan.
Pasca serangan, Israel mengaku serangan itu insiden yang tidak disengaja. Namun, pendiri World Central Kitchen, José Andrés menolak klaim Israel itu. Andrés menyebut Israel sengaja menyerang para pekerja organisasi itu. Ia bersaksi bahwa serangan udara itu dilakukan secara sistematis terhadap setiap mobil pembawa bantuan.
Serangan udara militer Israel terus menelan korban. Pada 11 September 2024 sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian di Nuseirat, Gaza Tengah, dihujam bom yang menewaskan 18 orang termasuk enam pekerja UNRWA dan beberapa anak kecil.
PBB telah melaporkan bahwa 169 fasilitas UNRWA telah diserang dalam 368 insiden terpisah, dengan lebih dari 429 orang warga sipil tewas saat berlindung di tempat-tempat ini.
Menuntut Akuntabilitas
Masyarakat international semakin prihatin dan khawatir dengan aksi pembunuhan para pekerja kemanusiaan dan penyerangan pusat-pusat pengungsian.
Serangan ini tidak hanya melanggar hukum humaniter internasional yang menyerukan perlindungan warga sipil dan pekerja kemanusiaan selama konflik bersenjata, tetapi juga berdampak buruk pada upaya untuk memberikan bantuan penting bagi mereka yang sangat membutuhkan bantuan di Gaza.
PBB dan badan hak asasi manusia lainnya telah berulang kali mendesak otoritas Israel untuk mematuhi hukum internasional dan memastikan keselamatan pekerja kemanusiaan yang beroperasi di Gaza.
Pada bulan April, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa serangan terhadap orang-orang yang terlibat dalam bantuan kemanusiaan dapat dianggap sebagai kejahatan perang, menyusul serangan mematikan oleh Israel terhadap pekerja kemanusiaan di Gaza.
“Menyerang orang atau objek yang terlibat dalam bantuan kemanusiaan dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” kata juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Jeremy Laurence. [RUTE/TRT]
0 Komentar :
Belum ada komentar.