Internasional

Kasur Basah dan Tanpa Selimut, Badai Musim Dingin Renggut 16 Jiwa Warga Gaza, Tiga Diantaranya Anak-anak

Kasur Basah dan Tanpa Selimut, Badai Musim Dingin Renggut 16 Jiwa Warga Gaza, Tiga Diantaranya Anak-anak
Seorang anak berupaya mengatasi banjir di tendanya dengan sekop. Lokasi di Nuseirat, Gaza Tengah. (Gambar : Reuters)

RUANGTENGAH.co.id, Gaza - Sedikitnya 16 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat badai musim dingin yang melanda Jalur Gaza. Tiga di antaranya adalah anak-anak yang meninggal karena kedinginan, demikian disampaikan Badan Pertahanan Sipil Gaza pada Jumat (12/12/2025).

 

Sejak Rabu malam, hujan deras dan angin kencang dari Badai Byron membanjiri tenda-tenda serta tempat penampungan sementara yang menjadi tempat tinggal mayoritas warga Gaza setelah lebih dari dua tahun perang.

 

Kondisi ini memperparah penderitaan ratusan ribu warga yang selama ini hidup tanpa fasilitas memadai.

 

Cuaca Ekstrem Renggut Tiga Anak

 

Badan Pertahanan Sipil Gaza yang beroperasi di bawah otoritas Hamas mengatakan kepada AFP bahwa dua anak meninggal di Kota Gaza, dan satu anak lainnya di Khan Yunis akibat cuaca dingin ekstrem.

 

Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza melaporkan kematian Hadeel Al-Masri (9 tahun) dan Taim Al-Khawaja yang masih berusia beberapa bulan.

 

Sementara itu, Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis menyatakan bahwa Rahaf Abu Jazar (8 bulan) meninggal di kamp tenda Al-Mawasi karena kedinginan.

 

4667269-1025362455.jpgWarga Gaza bahu-membahu mencari korban di bawah puing rumah yang ambruk akibat hujan ekstrim di Beit Leiha, Gaza Utara, pada Jumat (12/12/2025). (Gambar : reuters)

 

Bangunan Runtuh Akibat Hujan Lebat

 

Dengan banyak bangunan hancur selama perang, ribuan keluarga kini tinggal di tenda yang berdiri di atas lahan kosong bekas reruntuhan. Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap cuaca ekstrem.

 

Juru bicara Pertahanan Sipil, Mahmud Bassal, menyebutkan bahwa enam orang tewas ketika sebuah rumah runtuh di Bir Al-Naja, Gaza utara. Sementara. dua jenazah ditemukan di bawah reruntuhan rumah di Sheikh Radwan, Kota Gaza. Dan, lima orang meninggal akibat tembok yang ambruk dalam beberapa insiden terpisah.

 

Dalam pernyataannya, Bassal menambahkan bahwa timnya telah menanggapi setidaknya 13 laporan rumah runtuh akibat hujan lebat dan angin kencang, terutama di wilayah Kota Gaza dan Gaza utara.

 

Kesulitan Bertahan di Tengah Cuaca Dingin

 

Di kamp Nuseirat, Gaza tengah, warga berusaha menguras air yang merendam tenda mereka dengan ember, baskom, hingga cangkul. Anak-anak tampak berlarian di genangan air berlumpur, sebagian tanpa alas kaki dan sebagian hanya mengenakan sandal tipis.

 

“Kasur kami basah kuyup sejak pagi, dan anak-anak tidur di atas kasur basah semalam,” kata Umm Muhammad Joudah kepada AFP. “Kami bahkan tidak punya pakaian kering,” sambungnya.

 

Situasi serupa dialami Saif Ayman (17 tahun) yang menggunakan kruk karena cedera. “Tenda kami juga penuh air. Tidak ada selimut. Enam orang tidur di satu kasur dan kami menutupi tubuh dengan pakaian kami,” ujarnya.

 

Juru bicara UNICEF yang bertugas di Gaza, Jonathan Crickx, mengatakan bahwa suhu malam hari turun hingga 8–9 derajat Celsius. Ia menambahkan, tenda darurat yang hanya terbuat dari terpal plastik tidak mampu menahan hujan dan angin kencang.

 

4667273-806476149.jpgWarga Gaza melintasi banjir dengan gerobak keledai di Kota Gaza. (Gambar : Reuters)

 

Risiko Kesehatan Meningkat

 

Crickx menggambarkan situasi kebersihan yang sangat buruk, terutama di kamp-kamp pengungsian yang minim toilet dan drainase. “Saya melihat genangan air yang berubah menjadi selokan terbuka tepat di samping tenda-tenda pengungsi. Kami sangat khawatir terhadap kesehatan anak-anak,” ujarnya.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa ribuan keluarga kini berlindung di daerah pesisir rendah tanpa sistem drainase atau penghalang pelindung. Kondisi musim dingin disertai sanitasi buruk diprediksi akan memicu lonjakan infeksi pernapasan akut.

 

Meski gencatan senjata sejak Oktober membuat pembatasan masuknya bantuan sedikit longgar, PBB menegaskan bahwa pasokan yang masuk masih jauh dari memadai untuk menjawab kebutuhan mendesak warga Gaza. [RUTE/ARABNEWS]

 

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.