Internasional

Kekerasan Meningkat, Bangladesh Kewalahan Menerima Ledakan Arus Pengungsi Rohingya

Kekerasan Meningkat, Bangladesh Kewalahan Menerima Ledakan Arus Pengungsi Rohingya
Pengungsi Rohingya berkumpul memperingati tujuh tahun pelarian mereka dari Myanmar pada 2017, di Cox’s Bazar, Bangladesh pada 25 Agustus 2024. (gambar : Reuters)

RUANGTENGAH.co.id, Dhakka - Sekitar 8.000 Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dalam beberapa bulan terakhir, menghindari kekerasan yang semakin meningkat di negara bagian Rakhine, Myanmar bagian barat, menurut keterangan dari pejabat Bangladesh.

 

Kekerasan yang meningkat disebabkan oleh pertempuran sengit antara junta militer Myanmar dan Tentara Arakan, sebuah milisi etnis kuat yang mayoritas anggotanya beragama Budha.

 

Mohammad Shamsud Douza, seorang pejabat senior yang mengurusi pengungsi di pemerintahan Bangladesh, mengungkapkan, "Kami memiliki informasi bahwa sekitar 8.000 Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh baru-baru ini, terutama dalam dua bulan terakhir."

 

Bangladesh, yang telah menampung lebih dari satu juta pengungsi Rohingya di kamp-kamp yang padat di bagian selatan, kini menghadapi beban berat akibat krisis ini.

 

Douza menambahkan, "Bangladesh sudah kewalahan dan tidak dapat lagi menampung lebih banyak pengungsi Rohingya."

 

Meskipun pemerintah Bangladesh belum memberikan angka resmi sebelumnya tentang jumlah Rohingya yang baru-baru ini tiba, rencana untuk mengadakan diskusi serius di tingkat kabinet dalam dua hingga tiga hari ke depan sedang dipertimbangkan untuk menangani krisis ini. Mohammad Touhid Hossain, menteri luar negeri de facto Bangladesh, menyampaikan hal ini kepada media pada Selasa malam.

 

Meski menunjukkan simpati terhadap penderitaan Rohingya, Hossain menegaskan bahwa kapasitas Bangladesh untuk memberikan tempat berlindung kemanusiaan bagi pengungsi tambahan sudah sangat terbatas.

 

"Tidak mungkin sepenuhnya menutup perbatasan," ujarnya, sambil menambahkan bahwa berbagai langkah akan diambil untuk mencegah masuknya lebih banyak pengungsi.

 

Pada 25 Agustus, puluhan ribu pengungsi Rohingya di kamp-kamp di Bangladesh menggelar demonstrasi, memperingati ulang tahun ketujuh dari tindakan represif militer Myanmar pada 2017 yang memaksa mereka melarikan diri.

 

Mereka menuntut diakhirinya kekerasan serta pemulangan yang aman ke tanah air mereka.

 

Kekerasan baru-baru ini adalah yang terburuk sejak kampanye militer Myanmar pada 2017, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai memiliki unsur niat genosida.

 

Bangladesh, yang saat ini menampung lebih dari satu juta pengungsi Rohingya, semakin mendesak India dan negara-negara lain untuk mengambil peran lebih besar dalam menangani krisis ini.

 

Bulan lalu, Hossain menyampaikan kepada Reuters bahwa Bangladesh tidak lagi dapat menerima pengungsi Rohingya tambahan. Ia juga menyerukan kepada masyarakat internasional agar memberikan tekanan lebih besar kepada Tentara Arakan untuk menghentikan serangan terhadap Rohingya di negara bagian Rakhine. [RUTE]

0 Komentar :

Belum ada komentar.