Internasional>Timur Tengah

Listrik dan Air Mati Akibat Guyuran Bom, Gaza Nyaris Lumpuh

Listrik dan Air Mati Akibat Guyuran Bom, Gaza Nyaris Lumpuh

RUANGTENGAH.co.id, Gaza - Pengeboman oleh Israel yang tiada henti ke wilayah Gaza dalam seminggu terakhir telah menghancurkan saluran listrik,  pipa-pipa air di bawah jalan, dan meninggalkan limbah manusia yang tumpah dari dalam tanah.

Enam dari 10 jalur listrik Gaza padam menurut Mohammed Thabet, juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza.

“Ada beberapa daerah perbatasan yang sama sekali putus aliran listriknya,” katanya. Petugas tidak dapat memperbaiki karena serangan bom masih terus berlanjut.

Selama pemboman yang intens, Israel telah memblokir akses ke wilayah Gaza termasuk untuk pekerja bantuan, dan mencegah masuknya bahan bakar, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Persediaan pakan ternak yang ada di truk-truk pegangkut tertahan di perbatasan menunggu untuk masuk, kata OCHA. Sementara stok pakan di Jalur Gaza sudah sangat menipis. Kementerian Pertanian Palestina telah memperingatkan bahwa tanpa suplay pakan, peternakan unggas di Gaza akan habis. Pada gilirannya, sumber protein utama akan terpengaruh.

OCHA juga menyebut bahwa Israel juga telah mencegah nelayan berlayar di lepas pantai Gaza dan mengebom peternakan.

Pabrik desalinasi air laut tidak berfungsi, menyebabkan 250.000 orang tanpa pasokan air minum yang layak. Di kota utara Beit Lahia, limbah cair dan padat menumpuk di jalan-jalan, tambah OCHA.

Mahmoud Awad, 47, seorang penduduk di Beit Lahia, mengatakan keluarganya telah hidup selama hampir tiga hari tanpa listrik sama sekali. Rumah-rumah di dekat rumah kami dibom, dan listrik padam karena kabel-kabelnya putus. Biasanya Awad memakai genset eksternal, tapi jalur-jalur itu juga rusak, ujarnya.

Pemerintah kota di Kota Gaza mengatakan pasukan Israel telah mencapai persimpangan utama di kota, memperburuk situasi kemanusiaan dan mempersulit ambulans dan kru darurat untuk bergerak.

Akses Bantuan

Koordinator kemanusiaan PBB Lynn Hastings mengimbau otoritas Israel dan kelompok bersenjata Palestina untuk segera mengizinkan PBB dan organisasi kemanusiaan untuk masuk membawa bahan bakar, makanan, dan persediaan medis.

Pada hari Minggu (16/5) ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa Mesir, yang mengontrol perbatasan selatan dengan Gaza, telah membuka perbatasannya.

Menurut badan PBB yang bertanggung jawab atas pengungsi Palestina, UNRWA, lebih dari 17.000 orang telah meninggalkan rumah mereka dan berlindung di sekitar 40 bangunan sekolah.

UNRWA memperingatkan tentang ancaman sekunder selama pandemi Covid 19. UNRWA mempertimbangkan bagaimana langkah meminimalkan risiko orang berkerumun di ruang yang sangat terbatas dan mengantisipasi penyebaran virus.

Oxfam, yang memasok air dan sanitasi di Gaza, mengatakan pertempuran minggu ini akan mendorong pelanggaran hak asasi manusia lebih lanjut, kemiskinan dan penderitaan, terutama untuk anak-anak dan pemuda Palestina yang hilang.

Laila Barhoum, penasihat kebijakan amal di Gaza, "Ketika gencatan senjata akhirnya diumumkan, kami akan sekali lagi menggali dari puing-puing dan mulai membangun kembali, hanya untuk menunggu siklus pemboman lain untuk menghancurkan apa yang telah kami lakukan." (RUTE/AA/theguardian)

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.