RUANGTENGAH.co.id, Los Angeles - Film No Other Land, yang menggambarkan perjuangan warga Palestina melawan pembongkaran rumah mereka oleh militer Israel, berhasil meraih penghargaan Oscar untuk kategori Film Dokumenter Terbaik.
Film ini mengalahkan nominasi lainnya, yaitu Porcelain War, Sugarcane, Black Box Diaries, dan Soundtrack to a Coup d’Etat, dalam ajang Academy Awards ke-97 yang diumukkan pada Senin (3/3/2025) malam di Dolby Theatre, Ovation Hollywood, Los Angeles, AS.
Realitas di Masafer Yatta
Diproduksi antara tahun 2019 dan 2023, No Other Land mengikuti kisah aktivis Palestina, Basel Adra, yang mempertaruhkan keselamatannya demi mendokumentasikan kehancuran kampung halamannya, Masafer Yatta.
Wilayah ini dihancurkan oleh tentara Israel dan dijadikan zona latihan militer di bagian selatan Tepi Barat.
Adra baru mendapatkan perhatian dunia setelah berteman dengan jurnalis Yahudi-Israel, Yuval Abraham, yang kemudian membantu menyebarkan kisah ini lebih luas.
Saat menerima penghargaan Oscar, Adra menyampaikan harapannya agar anaknya yang baru lahir tidak harus mengalami kehidupan penuh ketakutan seperti dirinya.
Basel Adra, Rachel Szor, Hamdan Ballal dan Yuval Abraham berpose dengan Oscar untuk Film Dokumenter Terbaik untuk No Other Land. (Gambar : aljazeera)
"Saya berharap putri saya tidak perlu hidup dalam ketakutan terhadap pemukim, kekerasan, pembongkaran rumah, dan pemindahan paksa yang terjadi setiap hari di bawah pendudukan Israel," ujarnya.
Ia juga menyerukan kepada dunia untuk menghentikan ketidakadilan terhadap rakyat Palestina.
Sementara itu, Yuval menegaskan bahwa film ini dibuat karena mereka percaya bahwa suara yang bersatu akan memberikan dampak lebih kuat.
Baca juga : ‘No Other Land’ Menang Oscar, Sutradara Sebut AS Menghalangi Perdamaian
"Kita melihat satu sama lain, kehancuran yang mengerikan di Gaza harus dihentikan. Sandera Israel yang ditangkap pada 7 Oktober harus dibebaskan," kata Abraham.
Ia juga mengkritik kebijakan Israel yang menurutnya menghancurkan kehidupan masyarakat Palestina serta menegaskan bahwa ada solusi politik tanpa supremasi etnis, di mana hak nasional kedua belah pihak dihormati.
"Tidak bisakah Anda melihat bahwa kita ini saling terkait? Rakyat saya hanya akan benar-benar aman jika rakyat Basel juga benar-benar bebas dan aman," tambahnya.
Perjalanan Menuju Oscar
Film ini menghadapi tantangan dalam mendapatkan distributor di Amerika Serikat. Untuk memenuhi syarat di ajang Oscar, para pembuatnya mengatur penayangan film selama seminggu di Lincoln Center, New York, pada November 2023.
Sebelum memenangkan Oscar, No Other Land juga telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk penghargaan film dokumenter terbaik di Festival Film Internasional Berlin 2024 dan New York Film Critics Circle untuk kategori Film Non-Fiksi Terbaik.
No Other Land banyak menggunakan rekaman arsip pribadi Adra, yang menunjukkan bagaimana tentara Israel menghancurkan sekolah-sekolah desa dan menutup sumur air dengan semen agar warga tidak bisa membangun kembali rumah mereka.
Salah satu momen yang paling menggetarkan dalam film ini adalah ketika Adra merekam seorang tentara Israel yang menembak seorang pria Palestina yang sedang memprotes pembongkaran rumahnya. Pria tersebut menjadi lumpuh, sementara ibunya harus berjuang merawatnya dalam kondisi hidup yang semakin sulit.
Saat ini, lebih dari 500.000 pemukim Israel tinggal di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Sementara mereka memiliki kewarganegaraan Israel, sekitar tiga juta warga Palestina hidup di bawah kendali militer dengan pemerintahan terbatas dari Otoritas Palestina.
Banyak organisasi hak asasi manusia telah menggambarkan kondisi ini sebagai bentuk apartheid, sebuah klaim yang dibantah oleh pemerintah Israel yang menganggap Tepi Barat sebagai bagian dari warisan sejarah dan agama mereka serta menolak gagasan negara Palestina. [RUTE]
0 Komentar :
Belum ada komentar.