RUANGTENGAH.co.id, Gaza City - Airnya terlihat berwarna biru kristal. Tidak terlihat kotoran. Pasir pantai yang kekuningan dan udara yang bersih menyenangkan. Bagi para pengunjung di pantai Gaza, ini adalah kali pertama mereka bisa menikmati pantai dan laut yang bersih dan aman.
Sebelumnya, sampah telah mengotori perairan Gaza selama bertahun-tahun. Jutaan meter kubik limbah yang tidak diolah, mengalir langsung ke laut, menimbulkan bencana lingkungan di pantai Gaza. Padahal, pantai ini merupakan area yang tidak begitu luas dan satu-satunya tempat untuk berekreasi dan berenang bagi warga Gaza yang terisolir.
Namun, musim ini ada yang berbeda. Karena fasilitas-fasilitas pengolahan limbah yang didanai secara internasional telah meningkatkan kinerja mereka, maka hal itu efektif mengurangi polusi hingga tingkat terendah dalam beberapa tahun terakhir, kata pejabat lingkungan Gaza.
[caption id="attachment_2507" align="aligncenter" width="300"] Air laut Gaza yang kini bersih dari limbah dan sampah membuat para ibu tak khawatir lagi mengajak anak-anaknya ke pantai. (gambar : reuters)[/caption]“Sebelumnya, kami tidak bisa datang ke pantai karena air laut tercemar. Kalau kami tetap datang ke pantai, maka anak-anak kami bisa pulang dengan membawa bakteri atau penyakit kulit,” kata seorang warga, Sahar Abu Bashir, 52 tahun.
“Tapi, hari ini daerah itu sudah bersih. Kami merasa seperti berada di negara lain," sambung ibu empat anak itu kepada Reuters.
Minggu ini, bibir pantai Gaza kosong dari papan-papan peringatan untuk tidak berenang. Orang-orang duduk di meja plastik bundar di atas hamparan pasir. Sementara anak-anak bermain dengan ban karet warna-warni. Di titik yang lain, beberapa pemilik kuda memandikan hewan peliharaannya dengan air laut yang sejuk.
[caption id="attachment_2508" align="aligncenter" width="300"] Gaza telah berhasil mengolah 65% limbah sehingga berdampak signifikan terhadap lingkungan. (gambar : reuters)[/caption]Otoritas lingkungan yang dikelola Hamas mengungkapkan bahwa saat ini Gaza telah mengolah 65% limbah, sehingga laut menjadi bersih dan aman. Pejabat otoritas ini juga menyebut bahwa kemampuan pengolahan limbah akan terus ditingkatkan.
“Musim panas di Jalur Gaza kali ini relatif lebih aman dari sebelumnya karena peningkatan kualitas air laut yang nyata,” ucap Mohammas Mesleh, direktur sumber daya lingkungan.
Gaza yang memiliki luas 375 kilometer persegi (145 mil persegi) adalah rumah bagi 2,3 juta warga Palestina. Kebanyakan dari mereka tidak mampu melakukan perjalanan jauh karena kemiskinan dan pengangguran mencapai sekitar 50%, menurut catatan lokal dan internasional.
[caption id="attachment_2509" align="aligncenter" width="300"] Wilayah Gaza yang terisolasi membuat warganya sangat mengandalkan bibir pantai yang sempit ini untuk bertamasya. (gambar : reuters)[/caption]Di Deir Al Balah, Jalur Gaza selatan, orang-orang memadati resor tepi pantai yang dibangun di puncak bukit dan menghadap ke laut. Tempat ini dikenal sebagai "The Old Nights”.
Terdapat area makan dengan ornamen kayu berwarna-warni. Posisinya dibangun menyerupai puncak bukit alami seperti yang ada di negara-negara Asia.
Rami Al Naa'ouq, sang pemilik, mengatakan bahwa bisnisnya ini sedang booming musim ini.
“Jika tidak ada lagi polusi, maka akan ada banyak pengunjung ke tempat saya. Hal itu sangat membantu saya untuk menutupi kerugian dan menambah modal agar saya bisa berinovasi menyiapkan tempat lagi untun tahun baru nanti,” ungkap Rami. (RUTE/reuters)
0 Komentar :
Belum ada komentar.