Internasional

PLO : Israel Bunuh 55 Wartawan Palestina Sejak Tahun 2000

PLO : Israel Bunuh 55 Wartawan Palestina Sejak Tahun 2000

RUANGTENGAH.co.id, Yerusalem - Kematian wartawan senior Aljazeera Shireen Abu Aqleh, 51 tahun, menambah daftar wartawan Palestina yang terbunuh di tangan pasukan Israel. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) melaporkan ada 55 wartawan tewas sejak tahun 2000.

Sementara 16 wartawan lainnya dipenjara, menurut laporan itu.   

Shireen Abu Aqleh ditembak di bagian kepala dengan peluru tajam oleh pasukan Israel saat sedang meliput serangan yang terjadi di kamp pengungsi di Jenin, Tepi Barat. Bahkan ia tengah mengenakan rompi pers.

Shireen lahir di Yerusalem tahun 1971. Ia menyelesaikan kuliah jurnalistik di Yarmouk University, Jordania. Ia telah bekerja sebagai koresponden Aljazeera sejak 1997 dan menjadi jurnalis terkenal di kawasan.

Konvensi Jenewa 1949 menyebut wartawan sebagai salah satu pihak yang tidak boleh dilukai apalagi dibunuh dalam situasi konflik, selain tenaga medis, masyarakat sipil, wanita, anak-anak, orang tua, dan lawan yang sudah menyerah.

Para Korban

Mereka yang baru terbunuh adalah Shireen Abu Aqleh (2022), Youssef Abu Hussein (2021), dan Ahmed Abu Hussein (2018).

Tahun 2014, bertepatan serangan brutal militer Israel di Gaza yang menewaskan sekitar 2.220 warga Palestina, juga merupakan tahun di mana jumlah terbesar jurnalis dibunuh oleh Israel.

Di antara mereka adalah Abdullah Fadel Murtaja, Ali Shehta Abu Afash, Hamada Khaled Muqat, Simone Camelli, Shadi Hamdi Ayad dan Abdullah Nasr Khalil Fajjan, Muhammad Majed Daher, Muhammad Nour al Din Mustafa al Diri, Rami Fathi Hussein Rayan, Sameh Muhammad al Arian, Ahed Afif Zaqout, Izzat Salama Dahir, Bahaa al Din al Gharib, Abd al Rahman Ziyad Abu Hein, Khaled Riad Muhammad Hamad, Naglaa Mahmoud al Hajj dan Hamed Abdullah Shehab.

Sedangkan para jurnalis yang terbunuh di tahun-tahun menjelang 2014 yaitu Muhammad Musa Abu Eisha (2012), Mahmoud Ali Ahmad al Koumi (2012), Hussam Muhammad Salama (2012), reporter Turki Cevdet Kiliclar (2010), Alaa Hammad Mahmoud Murtaja (2009), dan Ihab Jamal.

Hassan Al-Wahidi (2009), Basil Ibrahim Faraj (2009), Omar Abdel Hafiz Al Silawi (2009), Fadel Sobhi Shana'a (2008), Hassan Ziyad Shaqoura (2008), Muhammad Adel Abu Halima (2004) dan Khalil Muhammad Khalil Al Zaben (2004), James Henry Dominic Miller (Inggris, 2003), Nazih Adel Darwaza (2003), Fadi Nashaat Alawneh (2003), Issam Mithqal Hamza Al Talawi (2002), Imad Sobhi Abu Zahra (2002 ), Amjad Bahjat Al Alami (2002), Jamil Abd Allah Nawara (2002), Ahmed Noaman (2002), Raffaele Chirilo (2002), Muhammad Abdul Karim Al Bishawi (2001), Othman Abdul-Qader Al Qatani ( 2001), dan Aziz Youssef Al Tanh (2000).

Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Reporters Without Borders (RSF) mengatakan bahwa wartawan Palestina secara sistematis menjadi sasaran kekerasan sebagai akibat dari liputan mereka tentang peristiwa di Tepi Barat. Wartawan Israel dilarang mengunjungi Jalur Gaza.

Wartawan Palestina secara teratur menjadi sasaran penangkapan, kekerasan dan penuntutan, dengan peralatan mereka sering dihancurkan dan kartu akreditasi mereka ditahan.

Tahun lalu, RSF dan Amnesty International meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki pemboman Israel atas Menara Jalaa di Gaza. Perataan gedung oleh Israel, yang menampung media internasional termasuk Associated Press dan Al Jazeera. Tindakan yang terkategori kejahatan perang, menurut kelompok hak asasi manusia. (RUTE/alaraby)

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.