Internasional>Timur Tengah

Separuh Pasukan AS Angkat Kaki dari Irak dalam Hitungan Hari

Separuh Pasukan AS Angkat Kaki dari Irak dalam Hitungan Hari

RUANGTENGAH.co.id, Baghdad - Perdana Menteri Irak Mustafa Al Kadhimi mengatakan pada Rabu (6/1) bahwa lebih dari separuh tentara Amerika Serikat yang ada di Irak akan meninggalkan negara itu dalam beberapa hari ke depan.

Sejumlah personel militer Amerika yang masih tinggal akan tetap memberikan dukungan kepada pihak berwenang Irak, kata perdana menteri dalam pidatonya dalam acara peringatan 100 tahun militer Irak.

“Sebagai hasil dari dialog strategis yang berkelanjutan dengan Amerika Serikat, lebih dari setengah pasukan akan ditarik dalam beberapa hari mendatang. Dan hanya ratusan dari mereka yang akan tetap tinggal untuk kerja sama pelatihan, rehabilitasi, persenjataan dan dukungan teknis,” lanjut Al Kadhimi.

Tentara Irak siap untuk melindungi tanah dan menjaga martabat warganya, tambahnya. Ia menyerukan bahwa Irak tidak akan lagi menjadi "taman bermain” untuk konflik regional atau global.

“Sungguh disayangkan Irak telah berubah menjadi arena untuk melikuidasi masalah internasional dan regional,” tambahnya.

Parlemen Irak baru-baru ini memberikan suara pada resolusi yang menuntut berakhirnya kehadiran militer asing di negara itu.

Pernyataan PM itu menyusul langkah Presiden AS Donald Trump yang menarik pasukan dari seluruh wilayah.

Pada bulan November, Pentagon mengumumkan AS akan mengurangi jumlah pasukan di Irak dan Afghanistan pada pertengahan Januari. Pentagon menegaskan bahwa keputusan tersebut sebagai pemenuhan janji Trump untuk membawa pulang pasukan dari perang panjang Amerika.

AS ternyata mempercepepat implementasi penarikan pasukan. AS juga akan mengurangi jumlah pasukan di Afghanistan dari lebih dari 4.500 yang tersisa menjadi hanya 2.500. Sedangkan di Irak dari sekitar 3.000 pasukan menjadi 2.500.

Di Irak, kedutaan besar AS, situs militer dan diplomatik asing telah menjadi sasaran puluhan roket dan serangan bom sejak musim gugur 2019.

Pejabat Barat dan Irak menyalahkan kelompok garis keras, termasuk faksi pro-Iran Kataeb Hezbollah atas serangkaian serangan itu.

Pada bulan Oktober, kelompok-kelompok ini menyetujui gencatan senjata yang tidak terbatas dan pelanggaran atas gencatan senjata telah dicatat sejak itu. (RUTE/AA/arabnews)

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.