RUANGTENGAH.co.id, Washington - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah memberi tahu Presiden AS Donald Trump tentang rencana serangan terhadap para pemimpin Hamas di Doha, Qatar, sesaat sebelum serangan itu terjadi.
Informasi ini diungkapkan oleh tiga pejabat Israel kepada Axios, memicu kontroversi dan ketegangan diplomatik antara kedua negara.
Gedung Putih membantah klaim tersebut. Menurut versi AS, mereka baru diberitahu setelah rudal diluncurkan, sehingga Trump tidak punya waktu untuk menghentikannya. Pernyataan ini ditegaskan kembali oleh Trump sendiri, yang secara publik menyatakan ia tidak tahu-menahu tentang serangan itu sebelumnya.
"Seperti yang dinyatakan Presiden Trump, Militer AS memberitahunya tentang serangan Israel terhadap para pemimpin Hamas di Doha, dan ia segera memerintahkan Utusan Khususnya Steve Witkoff untuk memberi tahu Qatar," kata Sekretaris Pers Karoline Leavitt.
Perbedaan Klaim AS dan Israel
Sumber dari Israel memberikan narasi yang berbeda. Menurut tiga pejabat senior Israel, Netanyahu menelepon Trump pada pukul 8 pagi waktu Washington, beberapa menit sebelum serangan terjadi. Mereka mengklaim bahwa Trump mengetahui serangan tersebut sebelum rudal ditembakkan.
"Trump mengetahui serangan itu sebelum rudal diluncurkan. Pertama, ada diskusi di tingkat politik antara Netanyahu dan Trump, dan setelah itu melalui jalur militer. Trump tidak menolak," klaim seorang pejabat senior Israel.
Pejabat Israel lainnya bahkan lebih blak-blakan, mengatakan bahwa Gedung Putih telah diberi tahu jauh sebelumnya secara politik.
"Jika Trump ingin menghentikannya, dia bisa saja melakukannya. Dalam praktiknya, dia tidak melakukannya," ujarnya.
Sikap diam ini, menurut sumber Israel, sengaja dibuat untuk menghindari masalah diplomatik. Mereka mengaku Israel telah sepakat untuk membantu AS dalam menjaga narasi publik tersebut. Seorang pejabat Israel lainnya mengatakan, "Amerika sedang berpura-pura. Kami memberi mereka informasi terbaru tentang serangan itu."
Dampak dan Konsekuensi Serangan
Serangan di Doha, yang melanggar kedaulatan Qatar, terjadi saat para pemimpin Hamas sedang berkumpul untuk membahas proposal perdamaian terbaru dari pemerintahan Trump. Meskipun target utama, para pemimpin senior Hamas, berhasil selamat, serangan ini menimbulkan konsekuensi serius, yaitu jatuhnya korban jiwa diantaranya lima anggota Hamas dan satu perwira keamanan Qatar.
Serangan ini juga menimbulkan ketegangan diplomatik antara AS-Qatar dan AS-Israel. Selain itu, tindakan ini meningkatkan isolasi regional dan global Israel secara signifikan.
Pasca kejadian, Kantor Perdana Menteri Israel mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa penafsiran Gedung Putih tentang peristiwa itu benar seraya menegaskan bahwa hanya Israel yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sementara itu, seorang pejabat AS menanggapi dengan keras, "Sumber-sumber anonim Israel yang membuat tuduhan palsu terhadap Presiden Amerika Serikat dan pemerintahannya seharusnya lebih bijak." [RUTE/AXIOS]
0 Komentar :
Belum ada komentar.