RUANGTENGAH.co.id, Ramallah - Mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengungkapkan bahwa presiden Palestina Mahmoud Abbas lebih memiliki itikad serius untuk perdamaian ketimbang Benjamin Netanyahu, mantan perdana menteri Israel.
Hal ini Trump ungkapkan dalam wawancara bersama Barak Ravid, jurnalis Israel dan penulis buku Trump's Peace: The Abraham Accords and the Reshaping of the Middle East, Sabtu (11/12)
Dalam wawancara itu Trump mengatakan bahwa ia dan menantunya, Jared Kushner terus mengkritik pemerintahan Palestina yang menolak proposal perdamaian AS ketika itu. Proposal yang menurut Trump menjamin warga Palestina mendapatkan investasi jutaan dollar sebagai kompensasi atas kompromi politik.
Tetapi Trump juga mengatakan ia menyadari bahwa sejak awal kepresidenannya, Netanyahu justru akan menjadi hambatan yang lebih besar bagi perdamaian daripada Abbas.
"Saya mengadakan pertemuan yang hebat dengan Abbas. Dan kami menghabiskan banyak waktu bersama, membicarakan banyak hal. Dan itu hampir seperti seorang ayah. Maksudku, dia sangat baik,” ungkap Trump.
“Sebelumnya saya menduga membawa Palestina ke meja perundingan adalah tidak mungkin, sedangkan Israel akan melakukan apa saja untuk mewujudkan perdamaian dan kesepakatan. Ternyata saya menemukan bahwa itu tidak benar," tambahnya.
Trump menyebut bahwa Netanyahu nampak enggan dengan kesepakatan itu.
"Setelah dia mulai berbicara, saya berkata, 'Tunggu sebentar, Anda tidak ingin membuat kesepakatan.' Dan dia berkata, 'Yah, uh, uh, eh.' Dan faktanya, saya berpikir Bibi memang tidak ingin membuat kesepakatan," kata Trump. Bibi adalah sapaan akrab Netanyahu.
“Saya pikir Bibi tidak ingin berdamai. Tidak pernah,” tegasnya.
Netanyahu Tidak Setia
Dalam wawancara itu Trump mengatakan bahwa dia belum berbicara dengan Netanyahu sejak meninggalkan Gedung Putih. Trump juga mengungkapkan kekecewaannya saat mantan perdana menteri Israel memberi selamat kepada Joe Biden karena memenangkan pemilihan AS.
"Tidak ada yang berbuat lebih banyak untuk Bibi. Dan aku menyukai Bibi. Aku masih menyukai Bibi."
"Dia orang yang saya perlakukan lebih dari orang lain yang pernah saya tangani.”
"Tetapi saya juga menyukai kesetiaan. Orang pertama yang memberi selamat kepada Biden adalah Bibi. Dan dia tidak hanya mengucapkan selamat kepadanya, dia melakukannya dalam rekaman.”
"Bibi bisa saja diam. Dia telah melakukan kesalahan besar," tambah Trump.
Atas komentar Trump ini, Netanyahu pun mrespon pada hari Jumat lalu, "Saya sangat menghargai kontribusi besar Presiden Trump untuk Israel dan keamanannya."
Pada masa presiden Trump, AS secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel serta kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah.
Trump juga tidak menganggap Tepi Barat sebagai wilayah pendudukan, ia memberikan lampu hijau untuk perluasan pemukiman di tanah Palestina. (RUTE/MEE)
0 Komentar :
Belum ada komentar.