RUANGTENGAH.co.id, London - Paul Golding mengunggah video ke X, yang sebelumnya bernama Twitter, dari Alice Street di Butetown, saat Adzan dikumandangkan dari pengeras suara Islamic Centre Wales Selatan, Inggris.
Saat membagikan video itu, Golding menulis, “Nyanyian-nyanyian Islam dikumandangkan dengan suara keras dari sebuah masjid di Cardiff, ibu kota Wales. Ini tidak dapat diterima.”
“Ini Inggris, bukan Arab Saudi. Kami adalah negara Kristen,” sambung tulisan itu.
Postingan video dan tulisan itu menjadi viral dan ditonton jutaan kali serta mengundang serangkaian komentar rasis.
Butetown adalah rumah bagi salah satu komunitas Muslim yang sudah lama ada di Inggris setelah sekelompok pelaut Yaman dan Somalia bermukim di sana pada pertengahan tahun 1800-an.
Dewan Muslim Wales mencap Golding sebagai suara pinggiran yang memecah belah dan berusaha menulis ulang sejarah multikultural Cardiff yang kaya.
Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Wales, Dr Abdul Azim Ahmed, mengatakan, “Wales memiliki salah satu komunitas Muslim tertua di Inggris, dan dermaga Cardiff adalah rumah bagi komunitas Muslim yang sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu. Umat Muslim membantu menjadikan Cardiff sebagai ibu kota seperti sekarang ini. Wales adalah negara dengan banyak agama, dan Islam adalah agama orang Wales.”
“Suara-suara yang memecah belah dan ekstrim berusaha menulis ulang sejarah dan merusak rasa kebersamaan kita di Wales dan Inggris Raya. Kita harus selalu menolak seruan mereka untuk membenci,” sambungnya.
Dukungan Gereja
Gereja St Mary, yang terletak hanya beberapa menit dari masjid, juga mengecam Golding atas unggahannya yang menyinggung.
Dalam sebuah postingan X, pihak gereja mengatakan, “Aneh bahwa orang ini membuat komentar ini dari sudut pandang Kristen. Mungkin dia harus berbicara dengan orang Kristen sejati yang tinggal hanya beberapa menit dari masjid ini, tempat kita memiliki banyak teman yang bekerja sama untuk membuat komunitas kita kuat dan penuh kasih. Ini Cardiff. Ini Butetown.”
Tory Darren Millar yang merupakan Ketua Kelompok Lintas Partai Senedd juga mengecam pemimpin partai anti-migran itu atas serangannya terhadap komunitas Muslim Cardiff.
“Hubungan antara Muslim Wales dan komunitas agama lain hangat dan bersahabat. Tidak peduli seberapa keras orang-orang seperti Tn. Golding mencoba memicu perpecahan, kami akan terus menolak semua upaya untuk mempromosikan kebencian dan kesalahpahaman,” ujar Millar.
Golding yang Problematik
Golding, yang berasal dari Kent, mendirikan Britain First pada tahun 2011 setelah bertugas sebagai anggota dewan Partai Nasional Inggris.
Pada tahun 2016, ia dilarang memasuki masjid di Wales dan Inggris tetapi kemudian dipenjara setelah melanggar perintah tersebut dengan mencoba memasuki masjid di Cardiff.
Dua tahun kemudian, baik dia maupun wakil pemimpin Britain First, Jayda Fransen, dipenjara karena kasus pelecehan setelah menargetkan kaum minoritas agama, khususnya Muslim.
Pada tahun 2020, dia dinyatakan bersalah berdasarkan Undang-Undang Terorisme setelah menolak akses polisi ke teleponnya di Heathrow saat dia kembali dari perjalanan politik ke Rusia.
Juru bicara Plaid Cymru untuk Keadilan Sosial dan Pendidikan Anak Usia Dini, Sioned Williams, menyebut serangan Golding terhadap agama Muslim sama sekali tidak dapat diterima.
"Islamofobia seperti itu tidak memiliki tempat di Wales. Kami adalah negara multikultural dan multiagama yang bangga yang telah dibangun atas dasar toleransi dan merayakan keberagaman, ujar Cymru.
"Dalam menghadapi ancaman sayap kanan terhadap sifat damai dan inklusif komunitas kami, penting bagi kita untuk bersatu untuk menyerukan kebencian rasis semacam ini,” pungkasnya. [RUTE/IQNA]
0 Komentar :
Belum ada komentar.