RUANGTENGAH.co.id, Dubai - Dr. Habil Ulrich Wernery, seorang ilmuwan di Uni Emirat Arab (UEA) meneliti hewan unta yang diketahui kebal terhadap virus Covid 19. Penelitian ini diproyeksikan bisa memberi jawaban penting untuk menangani pandemi dan merawat pasien yang terinfeksi.
Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (3/5), Wernery yang merupakan pakar mikrobiologi veteriner di Dubai sekaligus Kepala Laboratorium Penelitian Hewan Pusat UEA, bersama timnya melakukan penyuntikan sampel mati virus Covid 19 kepada seekor unta. Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa antibodi hewan gurun tersebut.
Sebelumnya, unta dikenal sebagai penyebab sindrom pernapasan Timur Tengah atau yang dikenal dengan MERS. Sindrom yang menjadi pemicu penyakit pernapasan akut, masalah pencernaan, gagal ginjal hingga kematian. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ternyata unta kebal terhadap virus Covid 19 atau Corona.
Para ilmuwan ini mengungkap bahwa kekebalan yang dimiliki unta terjadi karena hewan ini tidak memiliki reseptor virus, yaitu sel inang yang dikenali oleh virus sebagai pintu masuk ke dalam sel. Sementara manusia dan hewan lain memiliki reseptor virus yang membuat tubuh rentan terhadap Covid 19.
“MERS-CoV, (unta) bisa berlabuh tapi tidak sakit. Dengan Covid-19, virus tidak dapat menempel pada sel mukosa unta di saluran pernapasan karena reseptornya tidak ada atau tumpul,” ungkap Wernery.
[caption id="attachment_1519" align="aligncenter" width="300"] Kegiatan Dr. Habil Ulrich Wernery bersama timnya saat meneliti unta. (gambar : the national)[/caption]“Ini membuat semuanya semakin menarik. Selain manusia, cerpelai dan kucing kecil dan besar, seperti harimau dan singa bisa tertular Covid 19. Dan dapat menularkan virus ke kucing lain atau ke manusia dan sebaliknya. Tapi tidak terjadi pada unta," tambahnya.
Beberapa hewan telah terbukti terjangkit virus Covid 19. Diantaranya adalah Gorila di kebun binatang San Diego yang menjadi primata pertama yang positif terpapar Covid 19. Kemudian ada seekor kucing di Surrey, Inggris Raya, yang menjadi hewan pertama terpapar Covid 19 di Inggris.
Hewan besar lainnya yang positif Covid 19 adalah empat ekor singa di Kebun Binatang Barcelona. Lalu seekor macan tutul salju di Kebun Binatang Kentucky. Pemerintah Denmark memusnahkan 17 juta cerpelay setelah diketahui virus menyebar di antara hewan itu.
German Shepard menjadi angine pertama yang positif terpapar Covid 19 di Amerika Serikat.
Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa resiko penyebaran Covid 19 dari hewan ke manusia tergolong rendah. Hingga kini sumber pasti virus Covid 19 belum diketahui secara pasti, para ilmuwan WHO menilai kemungkinan sumbernya berasal dari kelelawar.
Kepada Al Arabiya Wenery mengungkapkan bahwa pihaknya berharap penelitian ini bisa mengungkap temuan lebih lanjut tentang Covid 19 dan memberikan sumbangsih berarti bagi pengobatannya.
"Kami telah mengimunisasi unta kami dengan virus Covid 19 yang mati untuk menghasilkan antibodi dan kami menggunakan darah ini untuk membuat tes yang lebih baik untuk diagnosis Covid 19,” jelasnya.
“Kami berharap suatu hari nanti kami dapat menggunakan darah antibodi dari unta untuk mengobati manusia melawan infeksi Covid 19,” tambahnya.
Hingga saat ini WHO hanya mengakui vaksin sebagai jalan untuk melawan penyebaran virus Covid 19. Setidaknya ada tujuh vaksin berbeda yang telah diluncurkan berbagai negara di dunia dan 200 vaksin lainnya sedang dalam proses pengembangan.
Sampai sejauh ini, lebih dari 150 juta orang di dunia terkonfirmasi positif Covid 19 sejak awal mula merebaknya virus ini. (RUTE/AA/republika)
0 Komentar :
Belum ada komentar.