RUANGTENGAH.co.id, Gaza City - Musim dingin yang ekstrem telah menambah penderitaan warga Palestina di Gaza yang hidup di tengah blokade dan serangan tanpa henti.
Cuaca dingin yang membekukan, disertai hujan deras, membuat ribuan pengungsi yang tinggal di tenda-tenda darurat berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Menurut laporan otoritas kesehatan setempat, setidaknya tujuh warga, termasuk enam bayi, meninggal dunia akibat kedinginan selama sepekan terakhir.
"Situasi kemanusiaan di kamp-kamp pengungsian sangat tragis," ujar Hosni Muhanna, juru bicara Pemerintah Kota Gaza, kepada Anadolu.
Ia menjelaskan bahwa para pengungsi kekurangan sarana pemanas, bahan bakar, pakaian hangat, dan selimut, sementara solusi jangka panjang untuk memperbaiki kondisi mereka nyaris tidak ada.
Blokade dan Serangan Israel Berkelanjutan
Sejak 7 Oktober 2023, Gaza telah berada di bawah serangan brutal Israel yang berlangsung tanpa henti. Serangan ini telah merenggut hampir 45.600 nyawa, mayoritas di antaranya wanita dan anak-anak, serta menyebabkan lebih dari 108.400 orang luka-luka.
Selain itu, blokade ketat yang diberlakukan Israel telah membuat Gaza di ambang kelaparan, mempersulit akses terhadap kebutuhan dasar.
Muhanna juga melaporkan bahwa infrastruktur penting di Gaza, termasuk sistem drainase dan saluran air limbah, hancur akibat serangan Israel.
"Tentara Israel menghancurkan sekitar 175.000 meter jaringan pembuangan limbah dan 15.000 meter jaringan air hujan," ungkapnya.
Akibatnya, banjir melanda puluhan tempat tinggal pengungsi, memperburuk kondisi mereka di tengah musim dingin yang ganas.
Potensi Bencana Banjir Besar
Pejabat Palestina memperingatkan potensi bencana besar jika lokasi pengumpulan air hujan di Sheikh Radwan, utara Kota Gaza, tidak segera diperbaiki.
"Diperlukan pasokan mendesak untuk memulihkan generator listrik, pompa, dan saluran drainase yang rusak," tambah Muhanna. Tanpa perbaikan, banjir yang lebih parah dapat mengancam ribuan keluarga yang sudah terpuruk.
Hujan dan cuaca dingin ekstrim menambah penderitaan warga Gaza di tenda-tenda pengungsian. (Gambar : TRT)
Dinas Pertahanan Sipil Gaza mengatakan hujan lebat telah menggenangi lebih dari 1.542 tenda yang menampung warga sipil yang mengungsi di Gaza dalam dua hari terakhir.
Seruan Bantuan Internasional
Di tengah keterbatasan akibat blokade, Pemerintah Kota Gaza menyerukan aksi kemanusiaan global.
"Gaza membutuhkan solusi nyata yang tidak hanya sementara, tetapi memastikan kelangsungan hidup yang layak bagi pengungsi dan seluruh penduduk," tegas Muhanna.
Ia juga mendesak penghentian segera perang Israel, pembukaan akses perbatasan Gaza, serta pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Hujan deras baru-baru ini telah merendam lebih dari 1.500 tenda pengungsi. Meski Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata, serangan udara Israel tetap berlanjut, meningkatkan jumlah korban jiwa dan memperdalam krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Bantuan segera dari komunitas internasional sangat diperlukan untuk mengakhiri penderitaan warga Gaza. (Gambar : TRT)
Sementara itu, pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait konflik ini.
Tindakan nyata dari komunitas internasional menjadi harapan terakhir bagi ribuan warga Gaza yang menghadapi musim dingin dalam keadaan paling rentan. [RUTE/TRT]
0 Komentar :
Belum ada komentar.