Sumbangan perangkat perawatan intensif yang didanai oleh Kuwait ini datang seminggu setelah penasihat kesehatan masyarakat lokal dan internasional mengatakan bahwa rumah sakit di Gaza bisa kewalahan menangani lonjakan pasien Covid 19.
"Perangkat ini akan membantu tim medis memberikan layanan yang lebih baik kepada pasien, tetapi itu tidak cukup," kata Abdullatif Alhaj dari kementerian kesehatan Gaza.
Alhaj mengatakan rumah sakit mengalami kekurangan oksigen untuk perawatan pasien Covid 19.
Gaza telah mencatat hampir 20.000 kasus virus Covid 19 dan 97 kematian, sebagian besar sejak Agustus, di tengah kekhawatiran wabah yang lebih luas di daerah kantong berpenduduk padat yang terdiri dari 2 juta orang. Kebanyakan mereka hidup dalam kemiskinan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 342 pasien Covid 19, 108 di antaranya dalam kondisi kritis, sedang dirawat di rumah sakit di wilayah itu. Dalam seminggu terakhir rumah sakit Gaza telah menambah unit perawatan intensif mereka menjadi 150 tempat tidur.
Dikatakan lebih dari setengah dari 150 ventilator di wilayah itu sedang digunakan.
"Sistem kesehatan sekarang dapat bertahan selama beberapa minggu setelah penambahan tempat tidur," kata Abdelnaser Soboh, pimpinan kesehatan darurat di kantor WHO cabang Gaza.
Soboh mengatakan Gaza juga mengalami kekurangan obat-obatan dan peralatan sekali pakai (APD) yang diperlukan untuk merawat pasien Covid-19.
Warga Palestina di Gaza mengatakan sanksi ekonomi 13 tahun oleh Israel dan blokade perbatasannya telah melumpuhkan ekonomi mereka dan merusak pembangunan fasilitas medis, melemahkan kemampuan mereka untuk mengatasi pandemi.
Menjawab kekhawatiran keamanan atas blokade perbatasan yang diberlakukannya bersama dengan tetangganya Mesir, Israel mengatakan pihaknya tidak membatasi transfer pasokan medis ke Gaza untuk memerangi pandemi. (RT/AA/ahram)
0 Komentar :
Belum ada komentar.