Khazanah

Air Do'a, Bagaimana Kedudukannya dalam Syariat

Air Do'a, Bagaimana Kedudukannya dalam Syariat

Oleh : Ardiansyah Ashri Husein, Lc., MA. 

 

Pengasuh Syaria Consulting dan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung

 

Di antara kebiasaan ibunda al-faqir rahimahallahu adalah meminta air do’a kepada ulama dan orang-orang shalih yang beliau temui. Waktu itu al-faqir tidak begitu mengerti maksudnya.

 

Saat nyantri di pesantren lalu lanjut nyantri ke Al-Azhar barulah al-faqir mengerti bahwa antara asbab keberkahan yang Allah ta'ala berikan kepada orang-orang beriman adalah atsar al-Anbiya wal Ulama wal Aulia (bekas para Nabi, ulama dan para Wali). 

 

Nabi shallallahu ’alaihi wasallam pernah memberikan air doa kepada sahabat Tsabit bin Qais radhiyallahu 'anhu setelah membacakan ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a yang ma’tsur pada air tersebut. Lalu memerintahkan Tsabit untuk memercikkan air tersebut pada dirinya sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang hasan.

 

Selain itu, Jibril juga pernah meruqyah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam ketika beliau sakit, dengan menggunakan air yang dibacakan doa,

 

بسم الله أرقيك، من كل شيء يؤذيك، من شر كل نفس أو عين حاسد الله يشفيك، بسم الله أرقيك

 

“Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang mengganggumu, dan dari keburukan penyakit ‘ain yang timbul dari pandangan mata orang yang hasad. Semoga Allah menyembuhkanmu, Dengan nama Allah aku meruqyahmu.” [HR. Muslim].

 

Tradisi air doa juga banyak dipraktekkan kalangan ulama salaf yang minum air doa sendiri atau dari orang lain. Di antaranya adalah Shaleh, putra Imam Ahmad. Ia minum air yang telah didoakan oleh ayahnya, Imam Ahmad. Bahkan disebutkan bahwa air tersebut bukan hanya diminum, namun juga disiram pada wajah dan kedua tangannya.

 

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Muflih rahimahullahu dalam kitabnya al-Adaab as-Syar’iyyah (2/441),

 

قال صالحابن الإمام أحمد بن حنبل – : ربما اعتللت فيأخذ أبي قدحا فيه ماء فيقرأ عليه ويقول لي : اشرب منه ، واغسل وجهك ويديك . ونقل عبد الله بن الإمام أحمد أنه رأى أباه يعوذ في الماء ويقرأ عليه ويشربه ، ويصب على نفسه منه

 

Shalih bin Imam Ahmad bin Hanbal berkata; “Terkadang aku sakit kemudian ayahku mengambil cawan yang di dalamnya terdapat air kemudian beliau membaca ayat-ayat Al-Qur’an padanya, dan berkata kepadaku, “Minumlah darinya dan basuh wajah dan kedua tanganmu.”

 

Abdullah bin Imam Ahmad menukil bahwa sesungguhnya dia melihat ayahnya membaca ta’awwudz pada air dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an padanya dan beliau meminumnya, dan menyiramkan pada dirinya sendiri.

 

Dari uraian di atas, maka ada dua cara minum dan mandi air do’a. Pertama, minum air do’a dari orang shaleh, kiai dan ulama, dengan cara memintanya atau diberikan tanpa diminta. Kedua, berdo’a sendiri, lalu ditiupkan pada air dan kemudian diminum sendiri.

 

Wallahu a'lam.[]

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.