Internasional

Aksi Protes Besar-Besaran Landa Israel, Massa Tuntut Genjatan Senjata Segera

Aksi Protes Besar-Besaran Landa Israel, Massa Tuntut Genjatan Senjata Segera
Seorang pendemo memakai topeng Benjamin Netanyahu dengan tangan merah dalam aksi massa di Tel Aviv. (gambar : reuters)

RUANGTENGAH.co.id, Yerusalem - Israel mengalami gelombang protes besar pada Minggu malam (1/9), setelah militernya menemukan enam warganya yang disandera di Gaza dalam kondisi tewas. 

 

Aksi protes ini mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap pemerintah Israel yang dianggap gagal mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera.

 

Diperkirakan sekitar 500.000 orang turun ke jalan di Yerusalem, Tel Aviv, dan kota-kota lain. Mereka menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengambil tindakan lebih tegas demi mengembalikan 101 sandera yang tersisa, sepertiganya diperkirakan telah meninggal dunia menurut pejabat Israel.

 

Di Yerusalem, pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan utama dan berkumpul di luar kediaman perdana menteri. Sementara itu, rekaman udara menunjukkan lautan manusia memadati jalan utama di Tel Aviv, membawa bendera dan gambar para sandera yang telah terbunuh.

 

Polisi Israel merespons dengan mengarahkan meriam air ke arah pengunjuk rasa yang memblokir jalan. Media lokal melaporkan ada 29 orang yang ditangkap. 

 

Kepala federasi serikat pekerja Israel, Arnon Bar-David, pada hari Minggu menyerukan pemogokan umum pada hari Senin untuk menekan pemerintah agar menandatangani kesepakatan dan mengatakan bandara Ben Gurion, pusat transportasi udara utama Israel, akan ditutup mulai pukul 8 pagi (5 pagi GMT).

 

Sandera8.jpegMassa membawa foto enam sandera warga Israel yang ditemukan tewas di Gaza. (gambar : skynews) 

 

Militer Israel melaporkan bahwa jenazah para sandera tersebut ditemukan di sebuah terowongan di kota Rafah, Gaza Selatan, di tengah-tengah kampanye vaksinasi polio di wilayah Palestina yang hancur akibat perang, serta kekerasan yang semakin memanas di Tepi Barat yang diduduki Israel.

 

Jenazah para sandera, yaitu Carmel Gat, Hersh Goldberg-Polin, Eden Yerushalmi, Alexander Lobanov, Almog Sarusi, dan Ori Danino, telah dikembalikan ke Israel, menurut juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari.

 

Pemeriksaan forensik menunjukkan mereka dibunuh oleh Hamas dengan tembakan dari jarak dekat dalam kurun waktu 48-72 jam sebelumnya, menurut Kementerian Kesehatan Israel.

 

Di tengah desakan untuk mengakhiri perang yang hampir berlangsung selama 11 bulan, Netanyahu berjanji untuk menangkap pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini. 

 

“Siapa pun yang membunuh sandera, tidak menginginkan kesepakatan,” katanya.

 

Namun, pejabat senior Hamas menyalahkan Israel atas kematian sandera tersebut, dengan menyatakan bahwa penolakan Israel untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata adalah penyebab utama.

 

"Netanyahu bertanggung jawab atas pembunuhan tahanan Israel," kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters. 

 

"Israel harus memilih antara Netanyahu dan kesepakatan tersebut,” sambungnya.

 

Serangan brutal Israel di Gaza, diklaim Israel sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menyebabkan sekitar 1.200 kematian dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.

 

Sejak itu, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 40.738 warga Palestina dan meratakan sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu. Orang-orang yang mengungsi hidup dalam kondisi yang mengerikan dengan tempat tinggal yang tidak memadai dan kelaparan.

 

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang sering berselisih dengan Netanyahu, juga menyerukan kesepakatan dan pemimpin oposisi sekaligus mantan Perdana Menteri Yair Lapid mendesak orang-orang untuk bergabung dalam demonstrasi di Tel Aviv.

 

Dalam upaya terakhir untuk menghentikan demonstrasi, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, anggota garis keras kabinet keamanan Israel, meminta jaksa agung untuk melarang pemogokan.

 

Forum Keluarga Sandera meminta Netanyahu untuk bertanggung jawab dan menjelaskan apa yang menghambat kesepakatan.

 

Enam sandera yang dibawa pulang hari Minggu tewas dalam beberapa hari terakhir, setelah bertahan hidup selama hampir 11 bulan dalam penahanan, kata mereka, seraya menambahkan bahwa, "Penundaan dalam penandatanganan kesepakatan telah menyebabkan kematian mereka dan banyak sandera lainnya," katanya.

 

Kantor Netanyahu mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan keluarga Lobanov, yang jasadnya termasuk di antara yang ditemukan, meminta maaf dan mengungkapkan duka yang mendalam.

 

Namun, keluarga Gat mengatakan mereka menolak untuk berbicara dengan perdana menteri dan malah meminta warga Israel untuk bergabung dalam protes.

 

"Turun ke jalan dan tutup negara sampai semua orang kembali. Mereka masih bisa diselamatkan," tulis sepupu Gat, Gil Dickmann, di X.

 

Joe Biden Mengancam

 

Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa ia terpukul dan marah atas kematian Goldberg-Polin, warga negara Israel-Amerika berusia 23 tahun dan para sandera lainnya.

 

"Para pemimpin Hamas akan membayar kejahatan ini. Dan kami akan terus bekerja sepanjang waktu untuk mencapai kesepakatan guna mengamankan pembebasan para sandera yang tersisa," katanya dalam sebuah pernyataan.

 

Berbicara kepada wartawan di Rehoboth Beach, Delaware, ia mengatakan bahwa ia masih optimis tentang kesepakatan gencatan senjata.

 

Negosiasi selama berbulan-bulan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir sejauh ini gagal mencapai kesepakatan, meskipun ada tekanan AS yang meningkat dan kunjungan berulang oleh pejabat tinggi ke wilayah tersebut.

 

Berbicara kepada televisi Al-Jazeera, kepala negosiator Hamas Khalil Al Hayya, yang berkantor pusat di Qatar, pada hari Minggu menegaskan kembali bahwa kelompok tersebut tidak akan menandatangani perjanjian kecuali Israel sepenuhnya menarik diri dari Jalur Gaza, termasuk koridor Philadelphia dan Netzarim, isu-isu yang telah menjadi titik kritis dalam perundingan. [RUTE]

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.