RUANGTENGAH.co.id, Kabul - Ibu kota Afghanistan, Kabul, digemparkan dengan ledakan bom mobil yang menewaskan delapan orang dan melukai lebih dari 15 orang termasuk anggota parlemen.
Peristiwa yang terjadi pada Minggu (20/12) ini sangat memilukan karena korban tewas diantaranya adalah wanita, anak-anak dan orang lajut usia.
Ledakan terjadi ketika konvoi anggota parlemen Khan Mohammad Wardak sedang melintasi persimpangan jalan di lingkungan Khoshal Khan, Kabul. Ledakan itu membakar kendaraan sipil, serta merusak bangunan dan toko di dekatnya.
"Itu adalah ledakan dahsyat yang menyebabkan banyak kerusakan rumah di sekitarnya," kata otoritas keamanan setempat.
Rekaman televisi menunjukkan setidaknya ada dua mobil terbakar dengan asap hitam tebal membumbung. Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Afghanistan telah mengalami peningkatan kekerasan yang tajam, terutama pemboman, dalam beberapa pekan terakhir ketika pemerintah Afghanistan dan Taliban tengah mengadakan perundingan damai untuk mengakhiri perang di negara itu yang sudah berlangsung hampir 20 tahun lamanya.
Pemboman lainnya juga dilaporkan terjadi pada Minggu di provinsi Logar, Nangarhar, Helmand dan Badakhshan, di mana sejumlah warga sipil dan anggota pasukan keamanan tewas dan terluka.
Pada hari Jumat lalu, ledakan bom becak motor yang diduga menewaskan sedikitnya 15 warga sipil, termasuk 11 anak-anak, di provinsi Ghazni tengah.
Kementerian dalam negeri Afghanistan dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Taliban telah menewaskan 487 warga sipil dan melukai 1.049 lainnya dengan melakukan 35 kali serangan bom bunuh diri dan 507 ledakan di seluruh negeri selama tiga bulan terakhir.
Di lain pihak, kelompok bersenjata ISIL (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas berbagai serangan di Kabul dalam beberapa bulan terakhir, termasuk di lembaga pendidikan, yang menewaskan 50 orang, sebagian besar pelajar.
ISIS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di pangkalan utama AS di Afghanistan pada hari Sabtu. Tidak ada korban dalam serangan itu, menurut NATO dan pejabat provinsi.
Perundingan Damai
Pemerintah Afghanistan dan Taliban telah mengadakan perundingan damai yang bertujuan untuk mengakhiri perang. Perundingan telah berlangsung selama hampir tiga bulan di Doha, Qatar. Sayangnya, kekerasan brutal terus berlanjut di Afghanistan.
Perundingan sejak September di Qatar menyusul kesepakatan penting AS-Taliban yang dicapai pada Februari tahun ini. Perundingan ini kemudian ditangguhkan dan akan dilanjutkan pada 5 Januari.
AS setuju untuk menarik semua pasukan dari Afghanistan pada Mei 2021 dengan imbalan jaminan keamanan dan komitmen dari Taliban untuk mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Kabul.
Namun, terlepas dari pembicaraan itu, ibu kota Afghanistan telah dilanda gelombang kekerasan mematikan dalam beberapa bulan terakhir.
Awal pekan ini, Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengadakan pertemuan tanpa pemberitahuan dengan para pemimpin Taliban di Doha untuk membahas aspek militer dari perjanjian AS-Taliban Februari lalu.
Perjanjian tersebut, yang ditandatangani di Qatar tempat Taliban mempertahankan kantor politik, dimaksudkan untuk menyiapkan panggung bagi pembicaraan damai langsung antara Taliban dan pemerintah Afghanistan.
Setelah berbicara dengan Taliban, Milley terbang ke Kabul untuk berkonsultasi dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Dia mengatakan, dia menekankan kepada kedua belah pihak perlunya segera mengurangi tingkat kekerasan di seluruh negeri. (RUTE/AA/aljazeera)
0 Komentar :
Belum ada komentar.