Oleh : Risyan M. Taufik, Lc
Pengajar di SMP-SMA Darul Hikam Berasrama, BandungBismillah walhamdulillah. Walahaula wala quwwata illa billah.
Di antara sekian banyak fenomena alam yang menjadi bukti kebesaran Allah Ta’ala, salah satunya adalah gerhana bulan total yang terjadi pada Selasa, 8 November 2022 kemarin, atau bertepatan dengan 13-14 Rabiul Akhir 1444 H.
Fenomena astronomis kali ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia sehingga semua saudara kita di Indonesia dapat menyaksikan dan merasakan peristiwa alam yang luar biasa ini.
Gerhana bulan total yang dapat teramati di Indonesia merupakan peristiwa yang langka. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merilis bahwa gerhana bulan total akan kembali terjadi satu dekade ke depan yaitu pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, malam tahun baru 2029, Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al Quran,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushilat [41]: 37)
Dalam ayat-Nya yang lain Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5) إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ (6)
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.” (QS. Yunus [10]: 5-6)
Dan, Allah Ta’ala juga berfirman,
سَنُرِيهِمْآيَاتِنَافِيالآفَاقِوَفِيأَنْفُسِهِمْ
“Kami (Allah) akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (ayat) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri.” (QS. Fushilat [41]:53)
Peristiwa gerhana, baik matahari maupun bulan, merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi karena takdir kekuasaan dan kemahabesaran Allah Ta'ala.
Pada masa Nabi Muhammad Saw. masih hidup, gerhana matahari pernah terjadi sebanyak tiga kali, sedangkan gerhana bulan terjadi lima kali. Dalam konteks ini, Nabi Saw. mensyariatkan pelaksanaan shalat gerhana sebagai bentuk penghambaan kepada Allah Ta’ala yang Maha Kuasa atas seluruh peredaran benda-benda di alam semesta.
Namun, meski demikian peristiwa gerhana sarat dengan mitologi yang bertentangan dengan akidah Islam dan kontraproduktif. Mitos-mitos yang tidak berdasar dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
عَنْ أَبِى مُوسَى رضي الله عنه قَالَ: خَسَفَتِالشَّمْسُ،فَقَامَالنَّبِىُّصلىاللهعليهوسلمفَزِعًا،يَخْشَىأَنْتَكُونَالسَّاعَةُ،فَأَتَىالْمَسْجِدَ،فَصَلَّىبِأَطْوَلِقِيَامٍوَرُكُوعٍوَسُجُودٍرَأَيْتُهُقَطُّيَفْعَلُهُ
وَقَالَ « هَذِهِ الآيَاتُ الَّتِى يُرْسِلُ اللهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللهُ بِهِ عِبَادَهُ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ »
Dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Telah terjadi gerhana Matahari, (di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka Nabi Saw. berdiri dengan terkejut, beliau khawatir terjadi kiamat, lalu beliau menuju masjid, kemudian beliau shalat dengan berdiri, ruku', dan sujud yang sangat lama, saya melihat beliau melakukannya, kemudian beliau bersabda:
"Ini adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang Allah tunjukkan bukan dikarenakan kematian seseorang dan hidupnya, tetapi Allah pemperingatkan hamba-hamba-Nya dengannya, maka apabila kalian melihat sesuatu dari itu maka bersegeralah bangun untuk mengingat-Nya, berdo'a kepada-Nya, dan memohon ampun (dari dosa dan kesalahan) kepada-Nya". (HR. Al Bukhari 1059, Muslim 2156)
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا .
Dari Aisyah ra.: Bahwasanya Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terjadi gerhana dikarenakan kematian dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah berdo'a kepada Allah Swt., bertakbir, shalat, dan bershadaqah". (Muttafaq Alaih).
عَنْ أَسْمَاءَ رضي الله عنها قَالَتْ: لَقَدْ أَمَرَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم بِالْعَتَاقَةِ فِى كُسُوفِ الشَّمْسِ
Dari Asma' ra., ia berkata, "Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan memerdekakan hamba sahaya pada hari terjadi gerhana Matahari". (HR. Al Bukhari 1054)
Dari beberapa keterangan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peristiwa gerhana secara khusus dan fenomena alam lain secara umum hendaknya direspon dengan sikap mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Karena, peristiwa-peristiwa itu terjadi mutlak di luar kendali manusia, dan mutlak terjadi atas kehendak Allah Ta’ala sebagai pengingat bagi kita tentang kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk [67] : 3-4)
Allah Ta’ala telah mendesain dan mengatur sedemikian rupa susunan tata surya yang rumit bagi manusia ini, sehingga semua beredar, berjalan, berputar dengan begitu tepat, presisi dan seimbang. Seluruh benda-benda langit tunduk patuh kepada Allah Ta’ala.
Dan, tentu tidak hanya benda-benda yang ada di langit saja, seluruh benda atau makhluk yang ada di bumi hingga di dasar samudera terdalam, dari yang paling besar hingga yang paling kecil, semua ada dalam pengendalian dan kekuasaan Allah Ta’ala. Semua tunduk pada pengatura-Nya.
Maka, pelajaran berharga bagi kita selaku manusia adalah hendaknya kita pun tunduk patuh kepada kehendak Allah Swt. Ketika Allah menghendaki kita untuk melaksanakan perintah-Nya, maka tidak ada hal lain yang harus kita lakukan selain mentaati-Nya. Demikian juga ketika Allah melarang kita dari sesuatu, maka tiada pilihan lain bagi kita selain tunduk taat menjauhi apa yang Allah larang.
Jika kita menjalani hidup sekehendak hati kita, memperturuti hawa nafsu kita, maka yang terjadi adalah kekacauan akan melanda kita, kita sedang berjalan menuju malapetaka.
Allah Ta’ala berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghabun [64] : 16)
Peristiwa gerhana bulan total kali ini pun hendaknya kita jadikan momentum kebangkitan umat melalui ilmu pengetahuan. Karena tidaklah peristiwa alam ini dapat kita cerna secara logis melainkan dengan pendekatan ilmu pengetahuan.
Dengan menjadi umat yang beriman kepada Rabb-nya dan berilmu pengetahuan, maka insyaaAllah Islam akan kembali bangkit dengan kemuliaan, memimpin peradaban manusia dengan penuh rahmat.
Inilah jihad yang relevan dengan kehidupan kita saat ini. Jihad dengan ilmu yang kemudian mengantarkan umat kepada kecerdasan dan pencerahan akan hakikat kehidupan dunia.
Jihad yang tidak hanya mampu menguak fenomena alam, merengkuh dunia, melainkan juga mengantarkan umat yang terdidik itu kepada kedekatan dengan Allah, Tuhan semesta alam.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ. أخرجه أبو داود
Dari Ibnu Umar beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila kalian telah berjual beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridho dengan pertanian serta meninggalkan jihad maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud)
وعن عبدالله بن مسعودٍ، قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي العمل أفضل؟ قال: الصلاة لوقتها، قال: قلت: ثم أي؟ قال:بر الوالدين، قال: قلت: ثم أي؟ قال: الجهاد في سبيل الله قَالَ: حَدَّثَنِيْ بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى
"Aku pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Saw., 'Amal apa yang paling dicintai Allah Ta'ala? 'Beliau Rasulullah Saw., "Shalat pada waktunya. 'Lalu apa lagi', tanyaku. Beliau pun menjawab, 'Berbakti kepada kedua orang tua.' Kemudian apa lagi, 'tanyaku lebih lanjut. Maka, beliau menjawab: "Jihad di Jalan Allah.' (HR. Bukhari dan Muslim).
Tiga pesan yang Rasulullah Saw. tekankan supaya kita mendapatkan kecintaan dari Allah Ta’ala yaitu dengan menunaikan shalat, berbakti kepada orang tua dan berjihad di jalan Allah Swt.
Jihad di masa modern seperti sekarang ini bisa kita tempuh dengan upaya yang sungguh-sungguh mensyiarkan ajaran atau syariah Islam.
Pada praktiknya, jihad saat ini adalah dengan menghadirkan pencerahan di tengah umat supaya umat ini menjadi umat yang berilmu untuk dunianya dan untuk akhiratnya. Karena pada hakikatnya ilmu untuk urusan dunia dan akhirat adalah dua hal yang tidak terpisahkan, satu sama lain satu paket bagi setiap mukmin.
Dengan ilmu maka umat ini akan menjadi barisan yang kuat, menebar kedamaian, dan memancarkan rahmat kepada seluruh alam.
Rasulullah Saw. bersabda,
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا.
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah: diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, dan merajalelanya perzinaan.” (HR. Al Bukhari 80)
Kita sudah berada di akhir zaman. Tanda-tanda akhir zaman pun sebagiannya bermunculan. Maka, inilah yang menjadi ujian bagi kita saat ini. Tanpa ilmu, maka manusia bisa tersesat kepada kebodohan. Tanpa ilmu, manusia tidak bisa membedakan mana halal mana haram. Tanpa ilmu, manusia bisa terbenam dalam kemaksiatan yang mencelakakan.
Mari kita jadikan peristiwa gerhana bulan total ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi diri dan menyalakan terus semangat berilmu pengetahuan. Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita. Aamiin ya Rabbal’aalamiin.[]
0 Komentar :
Belum ada komentar.