RUANGTENGAH.co.id, Los Angeles - Film dokumenter ‘No Other Land’ yang mengisahkan pengusiran warga Palestina oleh Israel berhasil meraih penghargaan Oscar sebagai film dokumenter terbaik dalam ajang Academy Award yang digelar di Los Angeles, AS, pada Minggu (2/3).
Dalam pidato kemenangan, sutradara film ini menyerukan dunia untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan dan mengkritik Amerika Serikat yang dianggap menghambat solusi damai.
Film ini disutradarai oleh Basel Adra, seorang aktivis Palestina, dan Yuval Abraham, seorang jurnalis Israel. Mereka menghabiskan waktu lima tahun untuk membuat film yang menggambarkan bagaimana tentara Israel menghancurkan rumah-rumah warga Palestina dan mengusir mereka dari tanah mereka untuk dijadikan area latihan militer.
Film ini juga menyoroti pelanggaran batas yang dilakukan oleh pemukim Yahudi terhadap komunitas Palestina.
‘No Other Land’ menceritakan kisah persahabatan antara Adra dan Abraham, yang hidup dalam dua realitas berbeda. Abraham, dengan plat nomor Israel berwarna kuning, bisa bepergian ke mana saja, sementara Adra terbatas ruang geraknya di wilayah Palestina.
Baca juga : ‘No Other Land’ Menangkan Oscar: Film Dokumenter Tentang Perjuangan Palestina
"Film ini mencerminkan kenyataan pahit yang kami alami selama puluhan tahun dan masih kami hadapi hingga kini. Kami meminta dunia untuk bertindak serius menghentikan ketidakadilan dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina,” tegas Adra dalam sambutan kemenangannya.
Abraham, yang berdiri di samping Adra, menambahkan, "Kami membuat film ini bersama, sebagai seorang Palestina dan Israel, karena suara kami lebih kuat ketika bersatu.”
“Kami melihat kehancuran mengerikan di Gaza dan terhadap warganya. Ini harus diakhiri. Sandera Israel yang ditahan sejak serangan 7 Oktober juga harus dibebaskan,” sambungnya.
Abraham juga menyoroti ketidaksetaraan yang dialami oleh Adra dan warga Palestina lainnya.
"Saya hidup di bawah hukum sipil yang memberi saya kebebasan, sementara Basel hidup di bawah hukum militer yang menghancurkan hidupnya,” ungkap Abraham.
“Ada jalan lain, solusi politik tanpa supremasi etnis, di mana kedua bangsa bisa hidup dengan hak yang setara. Sayangnya, kebijakan luar negeri Amerika Serikat justru menghalangi jalan tersebut,” imbuhnya.
Israel Nyinyir
Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan warga Palestina untuk meninggalkan Gaza dan pindah ke Mesir atau Yordania. Seruan ini menuai kecaman luas dari berbagai negara di Timur Tengah dan dunia, karena dianggap memperburuk situasi yang sudah memanas.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Israel, Miki Zohar, menyatakan kekecewaannya atas kemenangan "No Other Land" di Oscar. Ia menyebut momen ini sebagai "saat yang menyedihkan bagi dunia perfilman" karena film tersebut dianggap menampilkan pandangan yang tidak adil tentang Israel, terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
"Kebebasan berekspresi adalah nilai penting, tetapi menggunakan film untuk menjelekkan nama Israel sangat berbahaya, terutama setelah serangan 7 Oktober dan perang yang sedang berlangsung," tulis Zohar di platform X.
Meski telah memenangkan banyak penghargaan bergengsi di Eropa dan AS, "No Other Land" belum mendapatkan kesepakatan rilis di Amerika Serikat. Abraham mengungkapkan kepada situs web *Deadline* bahwa ia yakin alasan politis menjadi penghalang. "Saya harap ini akan berubah," ujarnya.
Alih-alih menunggu distributor, tim film ini memutuskan untuk memutar film tersebut secara independen di 100 bioskop. [RUTE/VOA]
0 Komentar :
Belum ada komentar.