RUANGTENGAH.co.id, Ankara - Turki dan Prancis menjalin komunikasi intensif untuk menormalkan hubungan kedua negara. Menteru Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada Reuters, Kamis (7/1) bahwa Ankara siap meningkatkan hubungan dengan sekutunya di NATO itu jika Paris pun memiliki kemauan yang sama.
Turki sudah beberapa kali memiliki ketegangan dengan Prancis. Seperti dalam konflik Suriah, Libya, Mediterania Timur dan yang terakhir Nagorno-Karabakh. Kemudian yang paling panas adalah penerbitan kartun Nabi Muhammad di Prancis. Paris sendiri telah mendorong Uni Eropa untuk memberi sanksi terhadap Turki.
Berbicara bersama mitranya dari Portugis, Augusto Santos Silva di Lisbon, Menlu Cavusoglu mengatakan ketegangan antara sekutu NATO saat ini bersumber dari Paris yang secara kategoris menentang Turki sejak serangan Turki 2019 ke timur laut Suriah terhadap YPG Kurdi Suriah.
"Turki tidak secara tegas melawan Prancis. Tetapi Prancis telah melawan Turki secara terang-terangan sejak Operasi Mata Air Perdamaian," kata Cavusoglu.
Ankara memandang YPG sebagai organisasi teroris yang terkait dengan militan Kurdi di negerinya sendiri.
"Pada akhirnya, kami melakukan percakapan telepon yang sangat konstruktif dengan mitra Prancis kami, Jean-Yves Le Drian, dan kami sepakat bahwa kami harus mengerjakan peta jalan untuk menormalkan hubungan," katanya.
"Kami telah mengerjakan rencana tindakan, atau peta jalan, untuk menormalkan hubungan dan itu telah berjalan dengan baik. Jika Prancis tulus, Turki juga siap untuk menormalisasi hubungan dengan Prancis,” pungkasnya.
Bulan lalu, Uni Eropa menyiapkan langkah-langkah hukuman atas perselisihan Turki dengan Yunani dan Siprus atas hak atas sumber daya lepas pantai di Mediterania timur. Tetapi UE memutuskan untuk menunda langkah tersebut hingga Maret meskipun sebelumnya ada dorongan dari Prancis untuk memberi sanksi kepada Ankara.
Setelah ketegangan selama berbulan-bulan, Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menjalinkomunikasi via panggilan telepon pada bulan September. Mereka sepakat untuk meningkatkan hubungan.
Tapi, kedua presiden ini terlibat lagi dalam ketegangan setelah saling tuduh dalam sejumlah masalah aktual. (RUTE/AA/MEMO)
0 Komentar :
Belum ada komentar.