RUANGTENGAH.co.id, Ankara - Islamic Cooperation Youth Forum (ICYF) menggelar KTT tiga hari yang dimulai sejak Rabu (7/4). KTT yang mengambil tema “Wanita Sebagai Kekuatan di Abad 21” ini digelar secara virtual dan diikuti para ilmuwan muslimah sedunia.
Dalam KTT ini, Maha Akeel, direktur urusan sosial dan keluarga di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berbasis di Jeddah, menyampaikan pidato pembukaan.
Akeel menuturkan, di Arab Saudi, banyak perempuan yang drop out dari bidang sains dan fakultas kedokteran karena terbatasnya kesempatan kerja bagi perempuan. Mereka juga ada yang meninggalkan pekerjaan setelah menikah atau memiliki anak.
Akeel mengatakan bahwa selama 10 tahun terakhir, banyak hal telah berubah di Arab Saudi, seperti lebih banyak sekolah yang membuka bidang sains dengan lebih banyak peluang bekerja.
Akeel juga menyoroti sebuah laporan dari Kementerian Pendidikan Saudi yang menyebutkan bahwa jumlah lulusan perempuan dalam bidang biologi, matematika dan fisika lebih banyak daripada laki-laki. Ia pun menyebutkan bahwa perempuan Saudi sekarang banyak yang menjabat sebagai kepala penelitian.
Ilmuwan di Tengah PandemiDia mencatat bahwa pandemi Covid 19 telah membuktikan pentingnya peran ilmuwan, insinyur, ahli matematika, dan peneliti wanita tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
"Sejak pandemi, para ilmuwan dan tenaga medis telah memerangi virus dan mengembangkan teknik untuk melawannya, dan ilmuwan wanita serta dokter telah menjadi pusat dari perjuangan ini. Jangan lupa bahwa para ilmuwan yang mengembangkan vaksin BionTech adalah suami dan istri,” ungkap Akeel.
“Namun demikian, selain berdampak pada kehidupan keluarga dan pekerjaan perempuan, virus juga berdampak negatif secara signifikan bagi ilmuwan perempuan, terutama mereka yang masih dalam tahap awal karirnya. Hal ini akan berkontribusi pada pelebaran kesenjangan gender yang ada dalam sains," tambahnya.
Dia juga memaparkan bahwa menurut studi terbaru, 41% mahasiswa PhD di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) adalah perempuan.
"Di kawasan seperti Eropa Tengah dan Timur, dunia Arab, Amerika Latin, Karibia, dan Asia Tengah, jumlah peneliti wanita antara 39% dan 48%, dan ini berada di ujung yang lebih tinggi. Di sisi lain, di Utara Amerika, Eropa Barat, Afrika Sub-Sahara, Asia Timur dan Pasifik serta Asia Selatan dan Barat angkanya antara 23,1% hingga 32,9%,” tambahnya.
Dia menekankan bahwa banyak negara Muslim melakukan hal yang jauh lebih baik daripada kebanyakan negara Barat.
“Bersama-sama, kita harus memastikan partisipasi perempuan dalam inovasi tidak terkecuali di negara-negara anggota OKI, menjadi norma kehidupan dan pekerjaan,” tandasnya. (RUTE/AA/anadolu)
0 Komentar :
Belum ada komentar.